KA-10 – Kidung Agung 2:6-7 Naluri Sex dalam Terang Firman Allah

KID 2:6. ISTRI DIPELUK SUAMI

Arti rohani dalam Wasiat Lama harus dicari dgn membuka selubungnya baru tampak arti rohani yg sebe-narnya 2Kor 3:14.

Kalau dilakukan secara harfiah (tanpa dibuka selubungnya), kebanya-kan jadi tafsiran yg salah, bahkan bisa jadi dosa yg besar. Misalnya merajam anak yg kurang ajar (Im 20:9) juga perempuan sundal seperti yg dituntut pada Putra manusia Yesus Yoh 8:5, Im 20;10 atau membunuh musuh seperti orang2 Yerikho Bil 33:55. 

Wasiat Lama itu bayangan, bukan zat yg sesungguhnya Ibr 10:1, sebab itu jangan mengukur bayangannya. Tuhan masih membiarkan orang-orang Wasiat Lama dalam hal2 yg keliru sebab keras hatinya Mat 19:8, tetapi orang2 yg matanya sudah celik bisa melihat dan taat “seperti pada mulanya ditetapkan Allah untuk pernikahan”.

Begitu juga dalam hidup nikah, kita harus dapat membuka selubung Wa-siat Lama, yaitu dgn belajar kebenaran Wasiat Baru dan mencocokkan dgn kebenaran Wasiat Lama yg sudah dibuka selubungnya, baru kita men-dapatkan kebenaran yg betul yg memerdekakan Yoh 8:36 (Im 20:10).

Begitu juga dalam nikah dan naluri sex dalam Wasiat Lama harus dico-cokkan dgn kebenaran Wasiat Baru. Disini kita melihat tentang suami-istri, mereka bersukacita dalam pernikah-annya. Seperti suami-istri menjadi satu dalam nikahnya, ini persatuan tubuh Mat 19:5.

Secara rohani inilah persekutuan manis Kristus dgn mempelaiNya, men-jadi satu. Jadi secara rohani, ini per-satuan roh, roh kita dgn Roh Allah (Di Surga tidak ada laki2 dan perempuan, tidak ada nikah seperti di dunia Mrk 12:25, Mat 22:29, Luk 20:35 jenis kelamin dan nikah secara tubuh itu hanya di dunia, berakhir waktu mati dan tidak ada lagi dalam Surga).

Pernikahan Anak domba itu adalah persekutuan yg manis dalam Roh, jadi satu roh Wah 19;7. Mempelai perem-puan Anak domba itu seperti Yeru-salem Baru  Wah 21:9-10. Inilah go-longan orang yg sempurna dalam kesucian (tingkat Ruangan Maha Suci), yaitu 144.000 orang Wah 14:1-5 yg terus menjadi satu, terus ber-sama2 dgn Anak domba Allah, ini mempelai Kristus dan pernikahan Anak domba itu (menjadi satu) selalu ber-sama2 seperti dalam ayat2 di atas Wh 14:3-4.

Inilah arti yg sesungguhnya bagi umat Tuhan tentang Kidung Agung, suatu persekutuan kasih yg indah seperti suami-istri menjadi satu, tetapi lebih indah dan lebih heran kasih rohani ini untuk kekal.

Tangan di bawah kepala, berarti dgn pikiran yg sadar, karena kasih Kristus, ia dipeluk dgnpenuh penye-rahan, dgn sadar, mengerti bahkan sampai mati, meskipun sebagian tidak mati, tetapi semua meningkat sampai kasih yg sempurna.

Ini orang2 percaya yg penuh pe-nyerahan sepenuhnya hidup untuk Tuhan dgn kasih, betul2 kasih penuh sampai bersedia mati karena Tuhan.

Kadang2 ini tampaknya dahsyat, te-tapi sebetulnya ini tingkat penyerahan yg penuh. Kalau Tuhan Yesus mati di salib, itu karena penyerahan untuk memikul dosa umat manusia, se-hingga Ia mati karena menjadi Korban Penebusan. Tetapi umat Tuhan men-jadi korban penuh karena Kristus, itu sebab cinta yg penuh, bersedia mati karena cinta. Contoh: Stefanus yg menderita sampai mati dirajam oleh orang2 Yahudi sebab mengakui dan bersaksi tentang Yesus adalah Mesias, Juru selamat dunia. Kis 6:8-15; 7:1-60. Sebab Stefanus yg penuh dan di-pimpin Roh berdiri atas kebenaran, tetapi dianggap sesat oleh orang Yahudi, ia dirajam sampai mati.

Ini tanda kasih yg sempurna dari mempelai Kristus, mau menderita sampai mati karena cinta akan Kristus. Inilah cinta, sehingga secara rohani ber-peluk2an dalam kasih Kristus dan kesatuan kasih ini dibuktikan, ditandai dgn menderita sampai mati dalam pelukan kasih Kristus.

Tidak semua orang berakhir dalam kematian. Sebagian orang dalam ka-sihnya pada Tuhan, terbukti dalam hidupnya di jalan sempit dalam ke-sucian seperti Kristus. Sekalipun ada banyak sengsara, kesukaran sebagai pencobaan dan ujian, tetap lulus sampai ujian akhir dan jadi sempurna langsung terangkat ke Surga seperti Henokh, Elia dan Musa (dgn mati, tetapi langsung dibangkitkan). Ini akan tampak dalam penamatan rencana Allah dan angka orang2 yg sempurna, itu genap. Kadang2 hampir sempurna, lalu Tuhan izinkan menderita sampai mati seperti Stefanus, Yohanes Pem-baptis dll, itu suatu bonus, ekstra dan dgn bonus itu mereka yg hampir sem-purna, langsung menjadi sempurna seperti menerusi Tirai (daging di-pecahkan, disini dgn mati syahid) lalu jadi sempurna. Jadi secara rohani orang2 yg mati dianiaya karena ke-benaran seperti Stefanus, Yohanes Pembaptis dll, itu bonusnya langsung jadi sempurna. Kita melihat manusia jadi sempurna itu bisa dgn cara:

1. Mati, langsung bangkit, sebab sudah meningkat jadi sempurna, seperti Musa.

2. Terus tumbuh langsung berubah jadi sempurna tanpa kematian, se-perti Henokh, Elia. Mungkin juga orang yg setia, taat (tetapi masih ada sedikit yg kurang), dan mati syahid seperti Stefanus dan Yohanes Pem-baptis ikut menjadi sempurna.

Pada penamatan akhir zaman jumlah orang sempurna genap, bisa dgn dua (atau tiga) macam cara ini, sebab jumlah orang sempurna itu genap lebih dahulu, baru sesudah itu terjadi pengangkatan tanpa kematian, ini bukan orang sempurna.

Inilah tingkat orang2 sempurna yg menjadi mempelai Kristus, karena kasihnya, mereka menjadi sempurna seperti Kristus, lewat jalan langsung, mati atau mati syahid. Orang2 yg ikut pengangkatan juga harus siap tumbuh dalam kasih yg penuh jadi satu roh dalam pelukan kasih rohani Kristus untuk tumbuh, kalau bisa kasihnya menjadi sempurna 1Yoh 2:5; 4:18. Yg belum sampai sempurna, tetap ikut pengangkatan dan berubah dalam tubuh kemuliaan, tetapi ini golongan yg belum sempurna. Sebab itu kita harus tumbuh, lebih2 makin mahir dalam pikul salib seperti Kristus Yes 53:3. Tampaknya hidup menderita, tetapi karena kasih mereka bersuka-cita Kis 5:41; 16:25, dan tetap me-nang, bahkan dalam banyak pende-ritaan, mereka mengalami pawai ke-menangan 2Kor 2:14, dan terus me-ningkat sampai banyak yg tumbuh dalam kasih yg sempurna. Inilah kasih cinta antara Anak domba Allah dgn kekasih atau mempelainya.

KID 2:7. NALURI SEX HANYA BANGUN DALAM NIKAH

I. NALURI SEX, HAL YANG NETRAL

Allah menciptakan manusia laki2 dan perempuan dgn naluri sex dan apa yg diciptakan Allah itu baik bahkan amat baik Kej 1:31. Jadi termasuk naluri sex ini baik, bukan jahat.

Naluri (bhs Inggris: instict) itu ada dgn sendirinya dalam manusia nor-mal, seperti ingin tidur (kalau sudah ngantuk), ingin makan (kalau lapar) dll, begitu juga naluri sex, tetapi ini juga harus dikontrol, bukan dituruti sesuka hatinya, itu bisa menjadi problem dan dosa.

Inilah yg menimbulkan keinginan untuk menikah dan nikah itu diran-cang oleh Allah. Kalau tidak ada naluri sex, tidak ada orang yg menikah.

Ada orang yg mendapat karunia hidup membujang dari Tuhan se-hingga meskipun mempunyai naluri sex tetapi ia mau mentidurkannya dan hidup sepenuhnya bagi Tuhan 1Kor 7:7,32.

Jadi naluri sex itu salah satu  ba-gian dari hidup nikah, itu bukan dosa. Ini ikut mengambil andil untuk keba-hagiaan hidup nikah tersebut. Jadi naluri sex itu bukan dosa, tetapi sesudah kejatuhan Hawa dan Adam dalam dosa, naluri ini juga kena (seperti naluri lainnya mis. naluri tidur, naluri makan dan sebagainya). Naluri2 yg menjadi dosa itu yg salah. Kita harus bisa membedakan setiap naluri itu, bentuk yg mana yg dosa dan mana yg bukan dosa !  Misalnya naluri makan yg kuat itu tanda tubuh yg sehat dan bukan dosa. Tetapi kalau naluri itu membuat orang bertuhan-kan perut, itu dosa Pil 3:19 dan bia-sanya ada akibatnya. Tetapi kalau bisa berpada 1Tim 6:8 itu bukan dosa. Justru dgn naluri makan yg sehat, kuat, setiap hari kita bisa bersyukur dan bersukacita dgn makanan apa saja selalu pesta, tidak terikat atau diperhambakan oleh makanan apapun jua. Begitu juga naluri2 yg lain, juga naluri sex bisa suci, bisa dosa, dan bedanya diterangkan dgn jelas dalam Firman Tuhan.

Naluri sex itu tetap suci kalau:

1. Di antara suami istri sendiri. Naluri sex dalam nikah itu bukan dosa, sebab tubuh istri adalah milik suami dsb 1Kor 7:4.

2. Dicocokkan dgn Firman Tuhan. Ini jadi ukuran kita. Sebab itu jangan keluar dari nikah dgn orang lain, dgn orang ketiga, minumlah dari kolammu sendiri, jangan dari kolam orang lain, itu dosa, bahkan dalam pikiranpun itu dosa Mat 5:28, dan ini dosa yg istimewa 1Kor 6:18, sebab itu akibat-nya juga istimewa, jangan dilanggar dan tetap taat.

3. Dgn tujuan hidup untuk tetap suci sesuai kehendak Tuhan. Tetapi kalau sudah ke luar dari batas2 ini, misalnya sex di luar nikah menjadi dosa sex atau dosa zina, itu menajiskan dan merusakkan kesucian 1Kor 6:18. Bah-kan ini dosa yg lain daripada yg lain sebab merusakkan hidup rohani dan keselamatan jiwanya (sebab orang berzina tidak masuk Surga Wah 22:15). Juga yg tidak peduli atau tidak sungguh2 bertobat, bisa membuat najis tubuh rohani, bukan najis tubuh biasa 2Kor 7:1. Dan kerusakan itu (kalau tidak dibereskan) bisa berakibat dalam tubuh kekal (kurang kemulia-annya). Mengapa? Sebab peringatan ini mustahil hanya untuk kerusakan jasmani yg fana, sebab tubuh yg fana akan menjadi abu kembali. (Memang ini tidak mudah dimengerti, perlu penjelasan lebih lanjut lain kali, atau bisa terus ditanyakan pada Roh Kudus dalam terang Firman Tuhan).

Pokok tentang naluri sex itu cukup luas dan dalam (misalnya di dalam fase/ hidup bujang, di antara suami istri, dalam kebudayaan Sodom, ma-cam2 bentuk yg dikembangkan dgn bebas dalam zaman ini, lebih2 dalam zaman yg akan datang, yg makin keji, misalnya dgn LGBT dsb).

Jangan sampai kena tipu oleh segala siasat iblis sebab tidak menge-tahuinya, sehingga menyebabkan ke-jatuhan2 dalam dosa2 sex 2Kor 2:11/ 2Tim 2:26.

II. NALURI SEX PADA AKHIR ZAMAN

Dosa2 sex meningkat luar biasa dalam zaman Putra Manusia seperti dalam zaman Nuh dan Lot Luk 17:27-28/ Mat 24:37-39. Segala seluk beluk naluri sex tanpa peduli dosa, semakin bebas terbuka dan dibicarakan, dicari dan mempengaruhi segala segi hidup. Apakah ini jahat? Apakah semuanya dosa, mana yg boleh dan mana tidak, bagaimana patokan untuk orang beriman?

Ini perlu dimengerti, baik untuk yg membujang (fase atau hidup membu-jang) dan yg menikah, baik bagi yg masih aktip dalam naluri sex maupun yg sudah menjadi tua.

Bebas bicara tentang sex?

Dunia makin dekat dgn akhirnya, dosa dan kejahatan makin meningkat Wah 22:11.  Orang bebas bicara dan ber-buat sekehendaknya sendiri dalam se-gala segi hidup, termasuk dalam hal naluri sex. Apakah itu baik? Kalau tidak ada batas, pasti tidak baik.

Sampai dimana batasnya?

Tentu batas orang berdosa dan orang suci itu lain. Justru kita harus tahu sampai dimana patokan2nya untuk orang percaya.

A. DALAM BATAS-BATAS KESUCIAN TUHAN

1. Menguatkan iman 1Kor 14:12.

Setiap kali bicara pertimbangkanlah apakah ini menguatkan iman atau melemahkan, atau menggoda dan merangsang sehingga timbul pikiran2 jahat. Biarlah setiap kata2 kita diasinkan dgn garam Roh Kudus Kol 4:6. Sehingga menguatkan iman, bukan sebaliknya.

Minta kata2 dari Tuhan, bernu-buat, pasti Roh Kudus suka memberi kata2 yg menguatkan dan menjadi berkat, sehingga setiap pertemuan formil atau tidak menjadi faedah yg bisa dipegang untuk seumur hidup, sebab kita berkata2 sesuai dgn Firman 1Pet 4:11, bukan hanya bergurau, le-lucon untuk sesaat, atau hanya untuk menarik perhatian untuk maksud2 tertentu, tetapi sia2, apalagi kalau mendatangkan kepahitan Ef 5:4. Sebab itu lebih baik jangan bicara sia2, minta dari Tuhan kata2 yg me-nguatkan iman, jangan yg melemah-kan iman apalagi yg menjerumuskan.

2. Jangan mengeluarkan kata2 yg merangsang perzinahan, padamkan Ef 5:3, Kol 3:5. Oleh sebab zina kita harus memperhatikan kata2 kita, juga sikap, kebiasaan2 dan perbuatan kita 1Kor 7:1.

Harus ada batas yg sehat, ini perlu ada, tetapi jangan ber-lebih2. Ada yg karena mementingkan keakraban tidak mau dibatasi, itu bisa masuk jerat setan.  Orang yg memelihara ke-sucian sampai dalam pikiran, masing2 mempunyai batas2 sendiri, tidak se-bebas orang yg tidak memelihara kesuciannya, tetapi kita tetap bisa bergaul dgn manis, akrab yg sehat dan tetap dalam kesucian. Ini caranya membangun persekutuan tubuh Kris-tus yg suci dan penuh kasih Kristus.

Tetap ada batas meskipun ada perbedaan secara pribadi untuk setiap orang. Misalnya orang yg baru keluar dari lumpur dosa yg keji2 itu sudah biasa dgn hal2 dosa, tidak bingung seperti Lot waktu baru masuk Sodom 2Pet 2:8. Padahal orang lain baru dengar saja sudah kacau pikiran dan perasaannya. Ada juga orang yg ka-rena pekerjaannya nilai ambang batasnya lebih tinggi; ada yg berubah dgn perubahan masa; untuk batas2 yg (tidak sama untuk setiap) pribadi ini, Tuhan menyuruh kita memikirkan yg baik dihadapan Tuhan Fil 4:8-9.

Biasanya yg bertobat sungguh2, tahu batas dgn tepat. Jangan lupa dalam bicara itu ada 2 pihak yg tersangkut, jangan hanya memikirkan satu pihak/diri sendiri. Untuk 1 pihak tidak apa2, tetapi untuk pihak lain itu sudah melemahkan. Ingat 1Kor 8:9.

3. Disucikan dalam terang Firman Tuhan 1Tes 4:3, Maz 119:105.

Supaya dijauhkan dari segala dosa zina. Bagaimana caranya melihat da-lam terang Firman Tuhan?

Pakai ayat2 Firman Tuhan, jangan sampai kita melanggar dan memang harus punya lampu Firman Tuhan. Orang yg tidak memilikinya, hidupnya akan dalam kegelapan. Sebab itu baca dan selidiki Firman Tuhan, ingat terus sehingga Firman Tuhan ada di dalam hati kita menjadi lampu bagi kita Maz 119:11. Misalnya: Diantara suami-istri sendiri 1Tes 4:4-5.

Kalau hal2 itu dipakai diantara suami istri sendiri itu tidak menjadi dosa. Sebab itu memang suami-istri lebih bebas bicara tentang naluri sex asal selalu dalam batas suami-istri sendiri dan sesuai dgn Firman Tuhan. Penjelasan2 yg lebih terbuka (bia-sanya dalam pelayanan pribadi) untuk kebutuhan suami-istri itu masih boleh asal dgn maksud yg suci dan tulus dan lebih baik sejenis.

Lebih2 dalam Pendidikan Hidup Nikah, dalam umur2 yg muda, pen-jelasan dapat disucikan dgn cara di-arahkan pada nikah, misalnya “seperti ibu dan bapak”, seperti suami istri. Maka pikiran orang2 atau anak2 yg mendengar itu lebih mudah disucikan dalam konteks nikah, dalam hu-bungan ibu-bapaknya yg suci didalam Tuhan.

Tujuannya hidup suci 1Tes 4:7,  1Pet 1:15-16. Kalau dalam pikiran kita ada tujuan ini, maka kita akan lebih mudah mengerti batas2 yg betul dan salah. Apalagi kalau kita berkata seperti dalam 1Kor 11:1.

B. HAL-HAL PRAKTIS LAINNYA.

1. Untuk hadirin yg berbeda-beda, campuran, kita bisa memakai bahasa mendua sesuai Mat 19:12d, sehingga yg mengerti dapat mengambil se-muanya, yg belum sampai waktunya, yg belum mengerti, ia menerima atau mengambil pengertian2 sesuai dgn kebutuhannya. Memang dalam hadi-rin yg seragam, misal kaum ibu, kaum bapak bisa dibicarakan hal2 yg lebih tersembunyi supaya dapat mem-bedakan dgn lebih jelas dan tepat, tetapi tetap dalam batas2 seperti diatas. Misalnya pokok “impotensi” dsbnya. Dalam hal2 yg lebih tersem-bunyi kita bisa menanyakan pada se-orang dokter yg memang peker-jaannya meliputi hal2 itu.

2. Pembicara menyucikan hadirin.

Dgn kata2, kita bisa membawa orang berpikir kepada kesucian atau hal2 dosa. Hamba2 Tuhan yg membe-ritakan Firman Tuhan itu tugasnya adalah untuk menyucikan bukan mengotori Ef 5:26. Hamba2 Tuhan yg cinta Tuhan, takut akan Tuhan akan berbuat demikian. Tetapi orang yg ingin menarik perhatian, keuntungan pribadi, tidak peduli, bahkan justru melazatkan daging supaya orang2 makin lekat kepadanya dan tentunya tidak bisa lekat dgn Tuhan (tetapi bisa lekat pada iblis !).  Mereka akan me-nerima hukumannya masing2 oleh Hakim yg adil, tetapi orang2 beriman yg mengerti hendaklah mencela dan menyalahkan jangan tinggal diam Ef 5:11.

…….BERSAMBUNG

Scroll to Top