PENDAHULUAN.Semua perlu mengerti, sebab semua akan menjadi suami istri. Tetapi secara rohani, ada orang2 yang mendapat ka-runia hidup membujang 1Kor 7:7 se-perti Paulus. Ini suatu kesempatan in-dah untuk mencapai lebih banyak dalam hidup ini supaya jadi lebih indah dan lebih mulia untuk kekal. Caranya adalah dengan hidup suci bagi Tuhan (Pil 1:21) sehingga hidup penuh su-kacita ilahi dan mau dipimpin Roh sehingga mengalami rencana Allah yang terindah.
POLA HIDUP SUAMI ISTRI.
Ada banyak bentuk dan model dalam dunia. Biasanya orang cenderung me-nurut kehendak sendiri, lalu sambil jalan, kalau ada yang lebih baik, mulai me-niru2 apa yang tampaknya cocok dengan seleranya, sebab itu kadang2 bisa berubah menjadi lain sama sekali. Apalagi dengan pornografi, falsafah nikahnya jadi falsafah perzinaan se-mata2, dosa S1000 (dosa perzinaan Salomo) yaitu mencari apa saja yang menyenangkan daging, sekalipun me-langgar Firman Tuhan. Sebab itu kita harus punya patokan yang betul yang bisa masuk Surga dan itu juga menjadi permulaannya Surga di dunia dalam hidup nikah kita! Surganya perempuan Samaria adalah berzina terus dengan laki2 asing, makin lama makin berani dan radikal. Tetapi waktu dibetulkan oleh Tuhan Yesus ia menemukan hidup yang terbaik. (Untuk pokok sex, belajarlah dari buku kami: Pendidikan Hidup Nikah yaituSex education secara Alkitabiah).
III. PRINSIP HIDUP NIKAH SUAMI ISTRI : KASIH.
Tuhan membuat laki2 dan perempuan, menjadi suami istri dalam pernikahan, itu bukan supaya terbeban dan men-derita, tetapi sebaliknya supaya men-jadi lebih baik dan bahagia turun temurun sebab kasihnya bertumbuh. (Rut 3:10 cerita ibu yang memberikan anak dalam kandungannya, tetapi se-sudah lahir dan dipelihara, kasihnya tumbuh sehingga dibatalkan). Kej 2:18. Rencana Allah sangat indah dan me-nyenangkan (sejak Adam Hawa), tetapi sebab dosa, semua berubah menjadi sebaliknya, celaka. Lebih2 yang terus berdosamenuruti hawa nafsunya, jus-tru ia haus dan tidak puas, sebab dosa itu permulaan Neraka. Jangan percaya suara daging dan dunia, itu suara iblis yang membuat Hawa dan Adam kehi-langan Surga! Sampai2 binatang dan bumi punikut terkutuk Kej 3:17,19.
Kesucian itu indah dan elok Maz 48:3; 29:2. Kesucian dan kasih ilahi itu terikat satu sama lain, tidak dapat dipisahkan dan inilah prinsip hidup bahagia umat Tuhan, istimewa dalam pernikahan.
Prinsip umum.
Kalau seorang beriman bisa hidup suci, bisa mematikan daging 1Pet 4:1, maka kasih ilahi akan tumbuh dengan subur dalam hidupnya Rom 5:15, sehingga makin indah dan bahagia dalam Tuhan seperti Yusuf yang dimusuhi semua saudara2 dan banyak orang lain. Kalau tidak bisa hidup dalam kesucian, maka benci (dari iblis) akan tumbuh dan hidup makin pahit dan menderita seperti Neraka.
Prinsip dalam pernikahan.
Kalau kesucian hidup nikah dipelihara, maka kasih suami istri itu akan tum-buh.
Kesucian suami istri berati tidak ada orang ketiga dalam nikahnya sampai dalam pikiran Ibr 13:4, Mat 5:28. Le-bih2 dengan pornografi, banyak orang gugur dalam dosa zina sehingga nikah-nya rusak (mula2 di dalam pikiran lama2 terbuka di dalam perbuatan Ams 6:27-28). Orang seperti ini hidupnya akan tersiksa dan hilang keselamat-annya Wah 22:15, Mat 7:23. Kalau ke-suciannya rusak, kasihnya bocor dan nikahnya hancur, mula2 remuk di dalam akhirnya remuk sampai di luar Yak 1:15. Jangan percaya suara daging dan dunia, itu suara iblis, percayalah Firman Tuhan, itu kebenaran Yoh 17:17.
Kesucian nikah dan bujang itu mus-tahil bagi dunia, tetapi indah dan nyata bagi orang percaya. Percaya dan nik-matilah kesucian Tuhan. Dengan lahir baru dan dengan iman kita bisa pikul salib sehingga bisa hidup suci 1Pet 4:1, Mat 11:28-30. Ini dasar untuk hidup nikah yang manis tidak dirusak dosa.
Ada kesucian, kasihnya tumbuh, tetapi kalau ada dosa, timbul benci sehingga kasihnya bocor karena JMPE dan benci. Jangan lupa kesucian dan dosa itu kata kunci Surga dan Neraka.
Cinta itu dasar ikatan nikah yang suci dan bahagia, bukan uang, wajah, nafkah, tabiat dll. Tetap perlu kebu-tuhan minimum, harus bekerja 2Tes 3:10 juga jangan nikah dengan wajah yang tidak disukai, ini relatif, tergan-tung masing2, juga dengan bentuk hidup, tabiat, kalautidak cocok, jangan nikah; dan harus nikah dalam terang 2Kor 6:14 sebab Tuhan menjadi ja-minan pernikahan orang2 terang).
Cinta itu dasarnya:
- Kalau ada cinta, maka tidak ada batas, sebab batas cinta adalah mati Ef 5:25. Kalau ada cinta tidak akan keluar kata: itu urusanmu, bukan urusanku, itu bebanmu bukan bebanku dst”. Mes-kipun beban, tanggungjawab, kewa-jiban atau urusan istri, tetapi suami yang cinta akan ikut menanggung ber-sama, memikul beban bersama Pkh 4:9-12. Oleh karena beban dan hasil bersama itu senang, sedap, karena cinta. Sebab itu Bapa, Putra dan Roh Kudus sama2 memikul beban kesela-matan, penciptaan dll, padahal satu Pribadi Allah saja sudah cukup untuk menyelesaikan seluruh urusan manu-sia, tetapi sebab cinta semua diker-jakan dan ditanggung bersama. Mes-kipun tidak ada batas pekerjaan dan tanggungjawabnya, tetapi karena cinta, dipikul bersama dengan sukacita, se-hingga tidak ijir. Meskipun begitu, sebaiknya tetap perlu ada pembagian kerja, supaya lebih efisien dan praktis (seperti antara Bapa, Putra dan Roh Kudus). Tetapi ini bisa berubah dengan fleksibel kalau ada kasih.
Pekerjaan istri, apalagi kalau lelah, sakit, sibuk dll langsung diambil oper suami sebab kasih. Juga dalam segala segi hidup lainnya. Kalau istri dapat sisa ikan bandeng hanya durinya, itu sebab kasihnya kurang atau bocor (istri yang mendapatkan hal ini jangan mengeluh tetapi bersyukur dan berdoa, kasihi “musuh”mu Mat 5:44, ampuni, berkati dan doakan, maka akan ada kegerakan Roh Kudus menjamah hati si suami. Sebaliknya suami seperti ini harus me-meriksa diri mengapa kasihnya bocor dan begitu egois) dan bertobat serta berubah sungguh2 dan mengakui do-sa2nya supaya iblis betul2 di-injak2 dan tetap dikalahkan).
- Kesalahan suami yang cinta istri, lebih2 yang terlalu memanjakan. Orang yang cinta itu matanya tidak melihat salah dari orang yang dicin-tainya 1Pet 4:8 (justru kalau benci, itu seperti kaca pembesar untuk melihat kesalahan orang2 yang dibencinya). Se-bab itu istri2 yang terlalu dicintai seringkali menjadi tidak tertib, berani bicara kadang2 seenaknya sebab tidak dibatasi dan tidak ditertibkan suami-nya. Seringkali kalau salah dibiarkan, tidak dinasehati atau ditegur, akhirnya ini menimbulkan banyak dosa dan akibat yang makin lama makin dahsyat dan justru ini menghancurkan seluruh keluarga dan hidupnya. Seperti Ny. Ayub yang begitu brutal menghojat Tuhan, sampai hukuman Tuhan turun dan rumah tangga Ayub hancur. Ini karena Ayub memanjakan istrinya, ia sudah melihat salahnya ber-kali2 dan dibiarkan, lebih2 karena kasih, tidak tampak (Ay 1:5). Tetapi kalau ada Roh Kudus di dalam hati dan bicara, kita harus taat, sekalipun yang harus diperbaiki adalah istri (atau suami) sendiri. Seringkali karena dibiarkan, iblis memakai kesempatan ini baik2 dan menumbuhkan dosa itu dengan cepat, limpah dandahsyat dan mera-jalela dalam segi2 yang lain. Akhirnya timbul problem besar, hancur seluruh keluarga Ayub. Andaikata Ayub dari permulaan langsung menertibkan istri-nya, maka hukuman yang dahsyat itu bisa dicegah dan mungkin dari antara anak2nya akan timbul beberapa “Ayub2” baru lagi, sebab semua didisi-plinkan baik2. Sayang Ayub matanya kabur karena cintanya besar dan celaka besar itu muncul sebab kelalaian, justru karena cinta. Suami kalau sudah tahu (Roh Kudus pasti bicara, Roh Kudus tidak pernah lalai), segera ada yang tidak beres, tegur dan perbaiki dengan cinta, jangan tunggu problem besar baru diperbaiki, supaya jangan sampai rusak berat seperti yang dialami Ayub. Mungkin istri2 yang seperti Ny. Ayub, mulutnya bicara terlalu banyak, som-bong, ingin puji, cinta uang atau tidak jujur, malas, tidak hormat pada orangtuanya, menfitnah, prasangka dll, langsung diperbaiki dengan tegas, tetapi dengan kasih (seperti Putra ma-nusia menegur Petrus Mat 16:23) maka Roh Kudus akan ikut bekerja sehingga tidak sampai berbuat dosa yang lebih dahsyat dan akibat2 yang besar bisa dicegah dan orang2nya diperbaiki dengan tegas, tidak sampai terjerumus terlalu dalam.
Suami istri biasanya semua belum sempurna dan justru karena kasih yang salah, tidak ada nasehat atau pener-tiban (dibiarkan), maka dosa tumbuh terus dan justru diantara orang2 ro-hani, akibatnya lebih besar Luk 12:48. Tertibkan, bersihkan, jangan beri tem-pat pada iblis Ef 4:27. Justru suami istri dengan kasih harus saling member-sihkan Mat 7:2-5 sehingga dengan kasih yangmakin besar dan mereka bisa tumbuh ke arah sempurna. Tetapi sebab lalai, dibuai oleh kasih, tabiat yang jelek tumbuh dengan subur dan makan banyak korban.
Juga sebaliknya istri terhadap suami yang dicintai dengan cara yang salah, akibatnya celaka besar, bahkan mati seperti Naomi yang membiarkan suaminya tumbuh dalam dosa Moab.
Pada waktu Naomi pertama kali mendengar, seharusnya ia langsung menasehati dan mendoakan, bahkan bergumul habis2an supaya suaminya berhenti dengan pikiran yang salah, maka Naomi tidak sampai menjadi Ma-ra (Rut 1:13). Karena kelalaian Naomi maka Elimelekh, Chilon dan Mahklon mati dan Naomi kehilangan mereka untuk selamanya, seperti 10 anak Ayub yang menjadi korban kesalahan Ny. Ayub dan kelalaian Ayub!
Juga kelalaian Abigail menegur sua-minya dariberbuat banyak dosa, ter-masuk ber-kata2 seenaknya terhadap Daud, akibatnya Abigail menjadi janda.
Juga kelalaian Musa dan Zipora. Menyunatkan bayi laki2 adalah tanda perjanjian turunan Abraham Kej 17:10,14. Rupa2nya Zipora menolak, mungkin sebab tidak tega, karena dalam kebiasaan keluarganya tidak ada peraturan demikian. Musa sebab terlalu cinta (seluruh cintanya tumplek bleg pada Zipora, ia sudah sebatang kara), maka penolakan Zipora untuk menyunatkan anaknya dibiarkan dan berakhir hampir fatal. Kurang sedikit Musa mati. Mengapa yang dibunuh adalah Musa, bukan Zipora? Sebab Musa tahu lebih banyak dari Zipora dan dituntut lebih banyak Luk 12:48. Tetapi Zipora yang sudah didorong ber-ulang2 dan menolak, waktu melihat Tuhan hendak membunuh Musa langsung ia tahu salahnya yang sudah ber-tahun2 dan dengan inisiatifnya sendiri ia menyunatkan anaknya dan melepaskan suaminya dari kematian Kel 4:24-26. Tuhan tahu Zipora bakal bertobat sebab itu masih diberi kesempatan, kalau tidak ia bisa menjadi Mara (pahit) dan janda.
Ini salah satu sebab mengapa orang2 yang rohani dan cinta istri (atau suaminya) dengan limpah justru istrinya menjadi jahat seperti Ny. Ayub, Ny. Musa dan Nabal, sebab kasih yang ber-lebih2 dan salah sehingga dosa yang dibairkan tumbuh dan makan korban yang besar. Sebab itu suami2 yang cinta istri, jangan dimanja kalau berbuat dosa, langsung ditegur seperti Putra manusia Yesus menegur Petrus Mat 10:23 supaya dosanya tidak merajalela dan makan korban besar sebab iblis diberi kesempatan! Istri yang dicintai dengan limpah, kalau salah harus ditolong dengan menegurnya, jangan dibiarkan, nanti makan korban besar. Juga anak2 yang dimanja, dicintai ber-lebih2 sehingga salahnya “tidak kelihatan” dan dibiarkan akhirnya makan korban besar. Seperti Esau yang dibiarkan Ishak keluar dari rumah, akhirnya binasa. Kej 25:27-28,34; 26:35.
Seringkali anak2 tidak mau taat akan orangtua, lebih2 dalam ibadah dan pelayanan. Kesalahan2 anak2 yang besar dianggap sepele dan dibiarkan, itu menikamkan banyak dukacita bahkan jadi korban yang besar seperti Esau, yang tidak mau ditertibkan untuk ber-sama2 ibadah dalam satu rumah, akhirnya rusak dalam pergaulan yang salah. Orangtua yang seharusnya memiliki otoritas dalam keluarga dan semua harta miliknya, jangan membiarkan anak2 bersikap dan bertindak salah, tetapi dari permulaan dikendalikan dengan tegas. Baik dalam ibadah bersama, dalam perkataan, dalam rekreasi, dalam sekolah dan pergaulan, jangan dimanja, lebih2 anak2 yang belum dapat membedakan dengan betul antara tangan kanan dan kiri (sekalipun sudah dewasa Yun 4:11), harus ditertibkan dengan tegas. Orang2 rohani harus bisa memerintahkan isi rumahnya dengan baik 1Tim 3:4, jangan dimanja seperti Ny. Ayub dan Imam Eli!
Begitu juga Hofni dan Pinehas yang dosa2nya begitu besar, tetapi se-olah2 kecil bagi Eli dan semuanya mati ka-rena hukuman dosa2 yang besar itu 1Sam 3:13-14. Istimewa diantara suami istri, hal ini perlu diperhatikan supaya jangan timbul istri atau suami yang jahat, padahal suami atau istri itu sungguh2 berkenan pada Tuhan, tetapi lalai sebab kasih yang salah.
TUGAS ISTRI.
Istri juga harus mengasihi suami Tit 2:4 dan tunduk kepada suaminya Ef 5:22-24. Ini juga seringkalitidak dipedulikan suami, yang membiarkan istrinya do-minan atas suami yang kasih dan sabar, sehingga terus meng-injak2 suami yang sabar. Dalam hal dosa, suami harus menertibkan istrinya supaya tidak memberi tempat pada iblis seperti yang sudah diterangkan di atas. Mat 7:2-5. Istri tunduk dan melayani sua-minya sendiri. Dengan laki2 lain, baik dalam pergaulan, pekerjaan, pelayanan harus ada batas2 yang tegas dalam kesucian di hadapan Allah dan manusia Luk 2:52, 1Sam 2:26. Begitu juga dalam pergaulan suami2 dengan perempuan lain, harus dengan tulus dan suci seperti kepada saudara 1Tim 5:2. Baik suami dan istri dengan orang lain, harus ada batas yang tegas di hadapan Allah dan manusia, sekalipun akrab ada batasnya!
TUGAS SUAMI.
Sebagai kepala keluarga, biasanya itu juga dalam mencari nafkah (tetapi dalam beberapa kasus, istrinya lebih berhasil, tetapi jangan hal ini meng-ganggu hubungan kasih suami istri. Kadang2 ada suami karena sombong, tidak mau kalah, lalu merendahkan dan menekan istrinya, ini sikap yang salah! Tetaplah mencintai Istridengan bersyu-kur pada Tuhan. Jangan timbul reaksi2 negatif sebab sombong, sebab kalah penghasilannya. Sebaliknya istri yang demikian harus belajar selalu dipimpin Roh dengan kasih dan bijak dan menghadapinya dengan kuasa Allah supaya jangan iblis dapat kesempatan! dan keluarga tetap berjalan dengan baik.
Hubungan dengan anak, saudara, sahabat dll, semua harus diatur sesuai dengan Firman Tuhan dengan tulus dan benar, tetap dengan kasih Kristus dan jangan bereaksi dosa sehingga tidak sampai gugur dalam pencobaan. Tetap hidup benar di hadapan Allah dan taat dipimpin Roh, untuk melakukan kehen-dak Tuhan sesuai dengan Firman Tuhan.
KESIMPULAN.
Pola hidup suami istri harus dicocokkan dengan Firman Tuhan, jangan menurut kehendak atau kebiasaan sendiri atau menurut cara2 dalam dunia, tetapi harus dicocokkan dengan Firman Tu-han, yaitu dalam kesucian dalam segala segi, istimewa kesucian hidup nikah dan selalu penuh dengan kasih. Tetapi jangan karena kasih yang limpah, lalai dalam saling menasehati, menolong dan melepaskan dari dosa (Mat 7:2-5). Dosa yang dibiarkan tumbuh dalam kekasihnya akan tumbuh dan makan banyak korban seperti Ny. Ayub, Ny. Musa, Abigail dll.
`Terus berjalan dengan Tuhan dalam kesucian, kasih dan taat dipim-pin Roh sehingga iblis tidak mendapat tempat. Jangan lupa ber-sama2 ber-saksi dan memenangkan jiwa2 dan terus ber-tambah2 seperti Kristus.
Juga orang2 bujang hendaknya tetap berjalan dengan Tuhan dalam kesucian dan kasih Kristus, sehingga boleh terus tumbuh dan ber-buah2 ber-sama2, mengalami rencana Allah yang indah yang sudah disediakan Tuhan.
Nyanyian: Berachah no 403.
Kasih pasti lemah lembut,
Kasih pasti memaafkan,