I. APAKAH TUHAN SETUJU DENGAN PERCERAIAN?
DALAM WASIAT LAMA
Tuhan tetap tidak setuju Mal 2:14-16; Mat 19:7-8
Jadi Allah tidak pernah setuju dgn perceraian sekalipun dalam Wasiat Lama.
DALAM WASIAT BARU Tuhan melarang perceraian.
1. NIKAH SUDAH DISAHKAN OLEH ALLAH. Mat 19:5-6.
Disahkan Allah berarti sudah disatukan (1+ 1=1), tidak boleh diceraikan oleh manusia. Sebab Allah tidak menghendaki perceraian.
2. MAT 19:9. SUDAH MENIKAH, HIDUP BERSAMA (1+1=1),DILARANG BERCERAI, TIDAK ADA PERKECUA-LIAN. Kecuali dosa sebelum bersatu, pada waktu belum menikah seperti yg direncanakan Yusuf kepada Maria sebelum mereka menjadi satu Mat 1:19,25; Mat 19:9.
Jadi banyak orang mengizinkan cerai karena salah satu berzina menurut terjemahan Mat 9:9 (TL + TB), itu tidak betul, hanya kalau berbuat cabul, kalau terpaksa boleh cerai, bukan karena berzina. Kalau sudah berhubungan suami-istri, tidak boleh bercerai, dgn alasan apapun.
Juga dalam Gal 5:19, Ibr 13:4.
Juga dalam Mrk 7:21, 1Kor 6:9 dibedakan antara fornication dan adultery, juga dalam banyak terje-mahan lainnya.
Dalam bahasa Indonesia bercabul dan zina, semua disebut zina padahal dalam bahasa Inggris dan bahasa aslinya nyata benar berbeda, Pornea (fornication) dan Moichao (adultery) sama sekali tidak sama.
Maria, waktu pulang dari Elizabet, hamil 3 bulan, tetapi Yusuf belum ada hubungan suami-istri dgn Maria, sehingga Yusuf menganggap Maria berbuat cabul (fornication = pornea, ini orang yg berhubungan kelamin sebelum nikah, berbuat cabul), sebab itu Yusuf (seorang yg baik, tidak mau membalas) rela bercerai, supaya Maria bebas nikah dgn orang yg “menghamilinya” padahal Maria hamil dinaungi Allah dan Roh Kudus, bukan dgn seroang laki2 Luk 1:35, Mat 1:25.
Jadi orang yg belum berhubungan suami-istri itu belum dimeteraikan, masih 1+1=2, belum 1+1=1 (sekalipun pada perempuan sundal 1Kor 6:16). Kalau sudah menikah dan berhu-bungan maka itu sudah disahkan oleh Allah (1+1=1) dan kalau salah satu berhubungan dgn orang ketiga, ini dinamakan zina (adultery = Moichae) bukan percabulan Mat 5:32.
Jadi sama sekali tidak ada perke-cualian, boleh cerai kalau salah satu berzina, yg betul kalau salah satu berbuat cabul (sebelum mereka hidup sebagai suami-istri, seperti dalam con-toh Maria dan Yusuf di atas.
3. ORANG YG SUDAH NIKAH ITU SUDAH DIMETERAIKAN DALAM HATI DAN LENGANNYA Kid 8:6, tidak boleh diceraikan.
Si istri itu ditaruh seperti meterai di atas hati si suami dan sebaliknya suami dimeteraikan di atas hati istri.
Dimeteraikan berarti sah! Tidak boleh diubah, sudah dimeteraikan! Suami sudah milik istri, istri sudah milik suami. Jadi tidak boleh ada orang lain lagi (orang ketiga) yg dipasang di hati si suami. Begitu juga di hati istri, tidak boleh ada orang lain dipasang di hatinya! Kalau ada orang ketiga ma-suk, sekalipun dalam hati, itu berarti merusakkan meterainya ; menajiskan dan merusakkan hidup nikahnya.
SEPERTI METERAI DIATAS LENGANMU (Kid 8:6c)
Ini diantara suami-istri.
Hati untuk merasa dan lengan untuk memegang atau memeluk yaitu untuk pegang2 dan peluk istri atau suami sendiri Kid 2:6; Kid 8:3, 1Kor 7:1-2, Yeh 16:32.
Mengapa tidak boleh ada orang lain di atas hati atau lengannya?
Sebab suami itu monopoli istri, tidak boleh dimiliki bersama-sama orang lain. Begitu juga sebaliknya Ams 5:17, 1Kor 7:4.
Begitu juga sebaliknya istri adalah monopoli suami.
Kalau memiliki atau dimiliki orang lain (sekalipun hanya di dalam hati) itu berarti:
1. Berzina Mat 5:28.
2. Tidak setia. Tuhan Yesus tetap setia sekalipun Gereja atau orang beriman tidak setia 2Tim 2:13.
3. Suatu pengkhianatan Mal 2:14-16.
Mempelai laki2 dimeteraikan di atas hati dan lenganmempelai perem-puan? Supaya tetap setia sampai mati.
Begitu juga sebaliknya kita dgn Tuhan kekasih kita. Kita sudah dimeteraikan. Apakah meterai ini? Seorang dimete-raikan oleh Roh Kudus waktu Ia masuk dan tinggal di dalam orang itu Ef 4:30.
Begitu juga kalau Tuhan Yesus ma-suk dalam orang beriman, kita melihat ada meterai di atasnya, yaitu percaya Tuhan Yesus, dosanya diampuni, ada meterai darah di atas pintu hatinya Kel 12:7,13 (tanda darah, Putra ma-nusia Yesus, air, hidup benar, Bapa dan Roh dari Roh Kudus 1Yoh 5:7-8). Dan orang yg cinta Tuhan Yesus itu cinta FirmanNya Yoh 14:23, terus lapar dan haus akan FirmanNya (Mat 5:6) dan akhirnya mengalami tebus tubuh (penebusan oleh Kristus) dan memakai tubuh kemuliaan.
4. SESUDAH MENIKAH, TIDAK BO-LEH BERCERAI (suami itukepala dan istri itu tubuh Ef 5:23-24). Perceraian berarti seperti memotong kepala dari tubuhnya, itu berarti mati rohani. Ini berarti nikah itu dipancung kepalanya, diguilotine.
Bisa hidup kembali? Kalau sudah cerai, bisa diampuni? Bisa, tetapi sulit, rusaknya parah, sulit pulih seperti semula. Selama masih hidup masih bisa minta ampun, tetapi meskipun diampuni, ini tetap cacat! (apalagi zina itu dosa istimewa 1Kor 6:18), Pkh 9:18
Jangan bercerai, itu bukan ke-hendak Allah (lihat buku Cerai oleh Pdt. Jusuf B.S ).
Di dalam dunia, tidak setia, ber-zina atau khianat, ini bukan perkara besar atau penting, sebab ternyata makin banyak orang yg kawin cerai berulang-ulang, sudah menjadi mode. Tetapi di hadapan Tuhan itu keji, tidak setia, berkhianat, berzina dan tidak berkenan pada Tuhan, itu dosa sebab tidak menurut hukum Allah.
Dosa itu kata kunci dari Neraka. Sekalipun ada kesukaan dosa sesaat (Ibr 11:25), tetapi hidupnya akan pa-hit, kosong dan hampa. Tetapi hidup suci itu indah.
Suci itu kata kunci Surga. Seka-lipun masih hidup di dunia, rasanya ada dalam suasana Surga, sebab hi-dup dalam kesucian!Orang yg sudah menikah itu sudah dimeteraikan, sudah menjadi satu.
Jaga dan peliharalah meterai di hatimu dan di lenganmu dalam ke-sucian, itu kehendak Tuhan dan itu hidup manis seperti di Surga.
5. NIKAH / KASIH ITU SETIA SAMPAI MATI.
Kasih yg betul itu setia sampai mati Kid 8:5d.
Orang yg dgn tulus menikah dgn kasih itu mau diikat dan mengikat, ada meterainya di hati dan di le-ngannya. Kalau ada suami tidak mau terikat pada istri, mau bebas, mau pergi ke mana saja, atau bertindak sesukanya, itu pasti bukan kasih, tetapi berzina, jangan menikah dgn orang seperti ini (hanya sayg, mula2 kasihnya luar biasa, tetapi hatinya tetap penuh dosa, kita tidak tahu) sebab itu untuk jodoh perlu mutlak tanya Tuhan. Semua kasih suami istri ada ikatan, bahkan kuat seperti maut sampai mati!
MDDM (Mau Diikat Dan Mengikat).
Misalnya seorang ibu mau terikat pada bayinya, dan ia mengikatkan bayinya kepadanya, mengapa? Sebab cinta, supaya ia bisa menolong dan berbuat sebanyak mungkin perbuatan kasih pada bayinya, kalau perlu dgn mengorbankan dirinya sendiri.
Begitu juga kalau ada kasih dalam suami-istri, mereka mau diikat dan mengikat (MDDM).
Ayub sangat memelihara kesucian nikahnya, (meskipun dalam Wasiat Lama, ini salah satu orang yg sangat indah, mungkin juga pada akhirnya ia menjadi sempurna sehingga bangkit waktu Putra manusia Yesus mati Mat 27:52). Sekalipun istrinya jelek, penuh kekurangan, mengharapkan matinya dan habis itu ia bebas dll, tetapi Ayub tetap mengikatkan dirinya pada istri-nya (orang yg kesucian nikahnya dipelihara, kasihnya akan tetap pe-nuh, bisa setia dan mau diikat dan mengikatkan dirinya pada istri dan keluarganya, sebab orang yg suci hatinya, kasihnya terpelihara.
Kasih itu mengikat kekasihnya, ia tidak mau melepaskan kekasihnya. Bagaimanapun juga kekasihnya dipe-gang kuat2 sampai mati. Itulah cinta yg kuatnya seperti maut. Inilah kasih yg mau diikat dan mengikat.
Jangan seperti istri Ayub, suaminya belum mati, baru setengah mati sudah disuruh mati, ini dosa perzinaan, tidak setia dan khianat.
Pelajaran ini penting (MDDM = Mau Diikat Dan Mengikat, dgn meterai hati dan lengan), diberikan Tuhan bagi kita sebagai umat Tuhan, supaya bisa:
1. Sebagai suami istri seharusnya kita dapat terus meningkatkan ka-sihnya sampai penuh seperti Kristus. Ini penting untuk memelihara hidup nikah dan rumah tangga yg bahagia secara jasmani dan rohani, dan bisa terus bersambung dalam bahagia yg kekal di Surga.
2. Dgn memelihara meterai hati dan lengan, maka suami2 ber-sama2 Tuhan bisa begitu mencintai istrinya, meskipun istrinya mula2 penuh ke-kurangan dan kelemahan dan tidak baik seperti istri Ayub. Mengapa Ayub bisa melakukannya? Sebab Ayub mempunyai meterai ini Ay 31:1.
3. Dalam mencari jodoh, harus sama2 di dalam terang, sama2 cinta Tuhan. Sebab tanpa Kristus, tidak mungkin bisa hidup suci, tidak mung-kin ada meterai di hati dan lengan; kalau toh ada dosa, cepat robek dan rusak.
4. Pertumbuhan kasih suami-istri.
Banyak orang memakai kasih mula2 sebagai patokan dari ukuran puncak tertinggi, sebab sesudah itu dianggap wajar kalau kasihnya terus turun; itu tafsiran yg salah Wah 2:4.
Justru kasih mula2 itu adalah pa-tokan dari ukuran terendah dari kasih suami istri, sebab kita harus terus meningkat dari kasih mula2 (kasih pertama), terus naik sampai puncak tertinggi yaitu seperti kasih Kristus.
II. NIKAH YG SUCI ITU BAHAGIA
Tanpa Tuhan, tidak ada orang bisa hidup suci, apalagi sampai dalam pi-kiran. Hanya orang yg sudah ditebus oleh darah Yesus yg bisa diampuni dan dilepaskan dari semua ikatan dosa, sebab dgn lahir kembali mereka menjadi orang baru di dalam Kristus. Sebab itu kita bisa hidup suci, hatinya dimeteraikan dgn suami/ istrinya, dalam meterai Roh Kudus. Lalu dimana bahagia dari Allah?
1. Orang yg suci hatinya oleh Kristus, maka dari dalam hatinya akan mengalir sungai air hidup, sukacita dan kekuatan dari hidup baru sangat indah Yoh 4:14 (7:38).
2. Kalau ia hidup suci, maka ka-sihnya pada pasangannya akan tetap limpah bahkan meningkat. Kalau se-orang berzina, mencintai perempuan lain seperti ingin sebagai istrinya, maka kasih orang itu terhadap istrinya sendiri akan bocor. Lama2 habis, se-hingga hubungan suami-istri tanpa kasih, sedikit salah sudah jadi ramai seperti perang besar. Tetapi kalau kasihnya limpah, ada pengampunan, ada kesabaran dll (1Kor 13), maka hidup berdampingan itu makin manis, bahkan ingin terus ber-sama2 sebab ada kasih. Tanpa kasih, bencinya tum-buh, apalagi ditambah lelah, salah bi-cara, salah sikap, terus berperang dan rumah jadi seperti Neraka, iblis meraja-lela.
III. MENGHADAPI PROBLEM PERNIKAHAN, YAITU:
1. Salah satu berdosa sehingga terancam untuk menuntut cerai.
2. Salah dua pihak.
1. Seringkali kesalahan dimulai dari satu pihak yg berdosa dan belum mau bertobat, misalnya berzina (pu-nya pil atau wil) dan ketahuan. Seha-rusnya orang beriman kalau berdosa (sejak mulai dari hati/ pikirannya, itu sudah merusak meterai hati) apalagi sudah dalam perbuatan (meterai le-ngan), harus sadar dan langsung bertobat. Perbuatan yg salah harus ada pengakuan pada pemilik tubuh yaitu istri/ suaminya. Ini memang sulit dilakukan, sebab biasanya jadi ramai, tetapi wajib. Kalau ada kasih biasanya ada cemburu dan itu bisa membuat onar, kalau cemburu tidak dikontrol Roh Kudus!
Bagaimana seharusnya menangani kesalahan dari satu pihak?!
1. Ingat adalah kehendak Allah, bagaimanapun juga sesudah menikah tidak boleh cerai, tanpa perkecualian (perkecualian hanya untuk percabulan seperti kasus yg diduga Yusuf tentang Maria). Biasanya semua orang merasa JMPE sampai benci kalau pasangan-nya mencintai orang lain, sehingga sulit menguasai diri. Sebab itu perlu betul2 minta pimpinan Roh Kudus, sehingga sekalipun ada cemburu kalau dipimpin Roh, akan tetap dalam ke-hendak dan hukum2 Tuhan. Intinya jangan bereaksi dosa supaya Tuhan bisa bekerja dgn penuh dan iblis dikalahkan, sehingga hidup nikah dan rumah tangganya bisa dipulihkan sebaik mungkin.
2. Meskipun pihak yg salah belum mengakui atau minta ampun, pihak yg tidak bersalah harus betul2 menygkal diri untuk mengampuni dgn tuntas, baru bisa menang melawan pekerjaan setan, sebab terusdipimpin Roh sehingga hasilnya maksimal, bisa kem-bali indah dgn kuasa Allah Rom 8:31.
Jangan takut kalau Tuhan beserta kita, sebab mentaati kehendak Allah.
Sikap terhadap musuh, apalagi terhadap suami-istri adalah meng-ampuni dan kembali memperbaiki hu-bungan yg retak atau rusak Mat 5:44, Rom 12:19-21. Jangan ada kebencian, tetapi dgn pertolongan Tuhan pelihara kembali hubungan seperti semula, bahkan sesuai dgn kehendak Tuhan, yg manis dan harmonis. Ini tidak kebetulan, tetapi untuk meningkatkan tingkat rohani kita, kalau lulus.
3. Sikap seperti tabib, bukan seperti hakim Mat 9:12, Yak 4:12.
Kalau hakim melihat salahnya terbukti maka timbul vonis hukuman. Tetapi tabib perlu tahu salahnya, “penyakit rohani”, lalu ia berpikir dan berusaha bagaimana bisa menyembuhkannya sampai pulih. Menjadi tabib rohani, menyembuhkan dosa2nya itu tidak mudah, tetapi ini kehendak Allah dan tidak lebih dari kekuatan masing2 1Kor 10:13.
Kadang2 ada suami (istri) yg sam-pai akhir tidak mau bertobat, bisa binasa. Kalau istrinya tetap dipimpin Roh akan ada kasih dan belas kasihan “melihat” suaminya akan binasa di neraka. Istri yg cinta, tidak benci pada suami yg bersalah ini, berarti ia lulus dan naik kelas, pengolahan dan ujiannya selesai. Istri Ayub sudah mengharapkan Ayub mati sebelum mati (Ay 2:9), ada istri seperti ini, sebelum suaminya mati, ia sudah menjalin hubungan dgn Pil, segera suaminya mati sudah ada reservenya, tetapi ini istri yg jahat di hadapan Tuhan. Sebaliknya ada istri yg kerja terus untuk kehidupan keluarga dan berobat suami yg sakit tidak bisa be-kerja, waktu mati ia susah sebab ia masih bisa dan mau bekerja menggan-tikan suami yg sakit. Beberapa ber-hasil memulihkan kembali hidup nikah dan keluarganya seperti Ayub sebab Tuhan menyertai dan memberkati suami yg menjadi tabib untuk pa-sangannya.
2. Dua pihak menjadi salah. Seringkali istri atau suami yg diganggu nikahnya ikut marah dan ber-benci2an dan berkelahi. Tuhan tidak bisa beserta orang yg sama2 penuh dosa dan kebencian, iblis yg memimpin mereka untuk berkelahi makin ramai sampai cerai. Ini kesalahan suami-istri itu sendiri dan keduanya celaka. Iblis dgn mudah terus mengadu mereka sampai keduanya hancur dan rohaninya ru-sak, sekalipun masih hidup keadaan-nya makin parah dalam dosa dan ke-pahitan, menyeret seluruh keluarga, dalam “neraka setan”.
Jangan ikut menghancurkan rumah tangga sendiri dgn bereaksi dosa, tetapi ampuni dan kasihani.
Jangan terlambat memerangi iblis. Lebih dini lebih baik, yaitu memper-hatikan kesucian bersama dalam Tu-han, tetap penuh dipimpin Roh dan limpah 7 KPR. Lebih dini lebih baik, bahkan pencegahan dan tetap dalam kesucian, sehingga rencana Allah bagi hidup nikah dan keluarga itu akan tampak dgn indah dan heran dari Tu-han. Ini kehendak Tuhan, kalau sung-guh2 mau, pasti menang dgn Tuhan Rom 8:31,37. Allah tahu dgn tepat, kalau kita betul, Tuhan pasti tolong dan pasti ada kemenangan pada waktu yg tepat, kecuali orang itu sampai mati tetap berkeras hati seperti Yudas dan Saul. Istri atau suami yg benar, penuh belas kasih, sebab tahu nasib suami seperti ini celaka kekal. Tetapi yg tetap benci dan dendam harus bertobat, kalau tidak akan bertemu dia di Neraka, bisa terus bertarung sampai kekal.
Prinsipnya jangan kalau satu pihak salah, pihak yg lain ikut salah, sebab itu berarti jatuh dalam tangan setan, jadi Neraka di dunia sampai dalam kekekalan. Jangan bereaksi dosa, ampuni dan selamatkan.
V. PENCEGAHAN DARI GANGGUAN HIDUP NIKAH
1. Ada Yesus dsalam hati orang2 beriman, hidupnya dipimpin Roh, limpah dgn 7 KPR. Tanpa Yesus, nikah mudah rapuh, habis bulan madu lama2 bisa jadi bulan empedu sebab manusia itu rapuh dalam dosa Yoh 3:19, Rom 7:18,24, 1Yoh 3:10. Di dunia dosa dalam hati dan sembunyi2 itu biasa, juga yg terang2an. Tetapi orang beriman hidup suci sehingga masuk Surga yg indah sejak di bumi sebab hidup dalam kesucian dalam Tuhan, ini hanya mungkin dalam Tuhan.
2. Pelihara kesucian hati baik2 Ams 4:23; 22:3, Ef 4:27. Jangan lupa penuh gairah dgn 7 KPR. Jangan ber-sih2 di luar saja. Bersih2 di luar ham-pir semua orang bisa (pura2), tetapi bersih2 di dalam hanya mungkin dgn Tuhan Yesus Mat 23:25,27,33. Dgn penampilan yg manis, lemah lembut, dgn hadiah dan bunga, dgn sikap yg mesra, tetapi hatinya kotor, itu sia2 di hadapan Tuhan. Dalamnya bersih dahulu, baru luarnya juga dibersihkan.
3. Harus punya pengertian Firman Tuhan yg kuat Mat 7:24-28, lebih2 tentang pernikahan dan perceraian. Jangan lupa kalau semua disucikan, limpah 7 KPR dan dipimpin Roh, maka kasih akan tumbuh terus dalam hidup nikah, keluarga, dan di luarnya, itu yg indah sampai di Surga kekal.