Pertengkaran Suami Isteri

Untuk mempelajari pertengkaran suami istri dalam terang Firman Tuhan secara tuntas, maka kita akan mempelajarinya dalam urut-urutan sebagai berikut:
I. WABAH
II. PENYEBAB UTAMA:

KESUCIAN DAN KASIH

-Kesucian

-Hidup Nikah yang dinajiskan

-Kasih Mula-mula

-Kasih Suami Istri Orang Berdosa

-Kasih Suami Istri Orang-orang Suci

-Mengapa Kasih Suami Istri Menurun

III. PENYEBAB LAINNYA:

FAKTOR-FAKTOR YANG  MEMPERMUDAH PERTENGKARAN

IV. TINGKAT-TINGKAT PERTENGKARAN SUAMI ISTRI
V. AKIBAT-AKIBAT PERTENGKARAN SUAMI ISTRI
VI. MENGATASI PERTENGKARAN
VII. PENCEGAHAN

I. WABAH

Pada akhir zaman ini begitu banyak suami-isteri yang bertengkar seolah-olah seperti wabah! Hampir semuanya kena. Juga rumah tangga orang Kristen yang tidak dijaga, banyak yang kena celaka ini! Kita perlu melihat pokok ini dalam terang Firman Tuhan supaya mempunyai pegangan yang kuat dari Firman Tuhan sehingga tidak sampai kena “wabah” ini, melainkan tetap sejahtera; damai dan sukacita di antara suami-isteri. Selain itu juga pengertian ini dapat kita bagi-bagikan pada orang-orang lain supaya merekapun dilepaskan dari wabah ini sehingga tidak lagi bertengkar tetapi ada damai dari Tuhan Yesus dan berbahagia.

II. PENYEBAB UTAMA

Sebab utama: Kasih suami-isteri berkurang/ habis.
Kalau ada cukup kasih, sekalipun ada kesalahan yang nyata atau salah faham, itu tidak akan mudah menimbulkan pertengkaran, sebab kasih itu menutup banyak dosa, sehingga pertengkaran itu batal, tidak  jadi, bantut.
1Petrus 4:8 Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.
Coba ingat-ingat saat di mana kasih kita nyata-nyata limpah; Misalnya pada saat permulaan pacaran. Pada waktu itu kalau pacar kita bersalah, kita sama sekali tidak jengkel, tidak marah, sama sekali tidak sakit hati dan begitu mudah memaafkan serta melupakannya dengan segera, sebab kasih yang besar sudah menutup segala kesalahannya. Tetapi kalau kasihnya sudah krisis, habis, maka sedikit salah sudah dapat menimbulkan pertengkaran yang besar-besar! Suami-isteri masih mungkin bertengkar, salah faham, tetapi kalau ada kasih maka pertengkaran itu tidak jadi. Kasih yang membuat pertengkaran menjadi bantut dan hidup nikah menjadi manis dan merdu!
Sebab itu kasih suami-isteri harus dijaga jangan sampai habis, bahkan harus dipelihara sehingga justru kasih  suami-isteri makin bertambah-tambah terus, makin lama makin bertambah.

Matius 24:12 Dan sebab makin bertambah dosa,    maka kasih orang banyak tawarlah kelak.

Dosa membuat kasih berkurang. Juga kasih antara  suami-isteri akan berkurang kalau kesucian nikahnya  dinajiskan, sekalipun hanya di dalam hati saja.

APA ARTINYA KESUCIAN HIDUP NIKAH?

Ibrani 13:4 Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan (TL:menajiskan) tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan penzinah akan dihakimi Allah.
Tempat tidur tidak boleh dinajiskan. Ini bukan arti hurufiah tetapi arti rohaniah, yaitu tidak boleh ada orang ke 3 dalam hidup nikah. Bukan saja dalam perbuatan, tetapi sampai dalam pikiran jangan sampai ada lain isteri atau lain suami (Mat 5:28).

HIDUP  NIKAH YANG DINAJISKAN


Orang beriman yang memandang seorang perempuan,  lalu membiarkan keinginan akan perempuan itu timbul  dalam hatinya (seperti ingin akan isterinya sendiri), itu  sudah dosa zinah (Mat 5:28). Kalau ini dibiarkan terus  dalam hatinya, maka kasih akan isterinya sendiri akan  bocor, berkurang.
Kalau ia makin ingin dan terus  membayang-bayangkan wajah orang lain itu dalam pikirannya, kasih akan isterinya akan makin bocor. Lebih-lebih kalau ia sudah berzinah dalam perbuatan dengan perempuan itu maka biasanya kasih akan isterinya jadi habis sama sekali, bahkan menjadi kecewa dan benci!
Jadi kasih dan kesucian itu sebanding, makin suci, makin besar kasihnya, makin najis, makin habis kasihnya!
Ini berlaku baik bagi suami, juga bagi isteri. Baik suami atau isteri, keduanya dapat berdosa atau hidup dalam kesucian.
Sebab itu kalau suami-isteri sama-sama memelihara kesucian hidup nikahnya, maka juga kasihnya akan terpelihara bahkan terus makin meningkat sehingga hidup nikah mereka makin lama makin manis!
Karena ada kasih maka kalau toh terjadi: pertengkaran antara suami-isteri itu sulit untuk tumbuh, sehingga hidup nikahnya makin harmonis.

KASIH  MULA-MULA

Banyak orang kristen salah mengerti tentang kasih mula-mula sebab terpe-ngaruh oleh pendapat duniawi yang diambil oper begitu saja dalam kekristenan dan karena pengertian yang kurang tepat dari ayat-ayat Firman Tuhan yang berbicara tentang kasih mula-mula.
Orang-orang dunia kebanyakan merasakan bahwa kasih mula-mula itu yang paling top, paling tinggi, puncak grafik kasih mereka kepada suami/ isterinya. Ada yang mengatakan masa pacaranlah yang paling manis, yang lain berkata masa pengantin baru dengan bulan madunya, itu yang paling top.
Juga pengertian yang kurang tepat dari ayat berikut ini:
Wahyu 2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Ayat ini seolah-olah berkata bahwa kasih mula-mula itulah yang paling besar. Bukan begitu!, yang betul:
a. Untuk hidup nikah yang rusak, yang hancur, yang tidak bahagia, mereka diminta untuk kembali pada kasih semula. Bagi nikah yang rusak maka kasih mula-mula  adalah patokan untuk pemulihan”. Kalau kasih mereka sudah kembali seperti semula pada saat pengantin baru, maka itu tandanya bahwa sudah terjadi pemulihan yang cukup baik.
b. Tetapi bagi nikah yang betul, yang suci (nikah yang suci itu hanya ada di dalam Kristus!), maka kasih mula-mula itu adalah “patokan yang terendah”.
Kasih suami-isteri di dalam Kristus, makin hari akan makin bertambah-tambah! Ini yang normal! bukan saja tetap, tetapi makin bertambah! Cara mengukurnya, yaitu dengan membandingkan cinta kita dengan cinta pada waktu masih menjadi pengantin baru, apakah sekarang tetap, atau makin lebih besar kasihnya atau berkurang? Untuk orang-orang suci, yang normal ialah makin bertambah-tambah.
Wahyu 2:19 Aku tahu segala perbuatanmu, dan kasih dan iman dan layan dan sabarmu, dan segala perbuatanmu yang akhir ini terlebih daripada yang awal. (TL).
Orang-orang yang sungguh-sungguh memelihara hidup nikahnya dalam kesucian, mentaati Firman Tuhan, pasti  akan mengalami hal ini! Makin lama hubungan suami-isteri makin manis sebab kasihnya terus bertambah-tambah! Ini biasa untuk suami-isteri yang hidup dalam kesucian!
Sekalipun dunia makin jahat dan penuh dengan perzinahan, tetapi kalau suami-isteri tinggal dalam kesucian Kristus, maka pasti kasih mereka makin hari akan makin bertambah!
Kalau suami-isteri tidak merasa atau tidak mengalami hal ini, itu berarti ada sesuatu yang tidak beres, ada yang salah! Lebih-lebih kalau kasihnya berkurang, pasti ada salah dan dosa!
Yohanes 2:10 Dan berkata kepada-nya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu  dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”(kasih mula-mula).

Anggur dalam pernikahan itu menceritakan tentang kemanisan, kesukaan dan kasih dalam hidup nikah. Pemimpin pesta itu mengatakan bahwa biasanya anggur yang paling manis dikeluarkan lebih dahulu, lalu yang lebih jelek. Ini memang urut-urutan kemanisan hidup nikah dalam dunia, ini yang biasa. Yang manis dahulu kemudian menjadi bosan, makin lama makin merosot sampai yang paling jelek Tetapi di sini Anggur yang terakhir ini lebih manis, artinya kasih dalam hidup nikah yang akhir-akhir ini, lebih manis dari pada yang mula-mula, dengan kata lain kasihnya makin lama makin bertambah banyak.
Bagaimana dengan kita sekalian? Coba masing-masing kita menjawab perta-nyaan ini untuk diri kita sendiri-sendiri! Dibandingkan dengan waktu menjadi pengantin baru dan sekarang, mana lebih besar kasihnya? Biar kita menjawabnya dengan jujur dan tulus di hadapan Tuhan. Kalau ternyata kasih kita sudah mulai berkurang, datanglah kepada Tuhan Yesus dengan jujur dan rendah hati. Carilah sebab-sebabnya. Perbaiki yang keliru, buanglah yang salah, bertobatlah sungguh-sungguh supaya kasih suami-isteri satu kepada yang lain dapat bertumbuh sehingga makin lama menjadi makin lebih besar. Roh Kudus akan menolong kita. Dia akan mengisikan kita dengan kasih Ilahi yang manis itu (Roma 5:5).

KASIH SUAMI-ISTERI ORANG BERDOSA

Kasih pada hidup nikah orang-orang berdosa itu biasanya mempunyai puncak di depan yaitu sekitar bulan madunya.
Apa sebabnya timbul bulan madu?
Sebab cintanya masih banyak (termasuk di dalamnya cinta asmara atau cinta birahi yang cepat berubah menjadi bosan). Saat-saat ini manisnya seperti madu, sebab masih ada cinta.
Lalu sesudah itu biasanya cintanya makin lama makin berkurang, sekalipun dengan kecepatan yang tidak sama.

A. Yang menikah semata-mata karena sex =  cinta birahi saja. Ini akan menurun paling cepat,  sangat drastis sebab sex itu sebetulnya bukan  cinta tetapi egois kelamin, ingin menuruti  kebutuhan perkelaminannya sendiri. Kalau tanpa  kasih yang tulus (di luar nikah)  sex itu rendah  dan hina.
C. Beberapa orang berdosa, yang dosanya tidak terlalu banyak, tidak banyak perzinahan, sebab itu kasih mereka dapat bertahan lebih lama, tetapi biasanya tetap menurun.
B. Ini ukuran rata-rata suami-isteri orang berdosa, terus menurun dengan fase-fase antara lain sebagai berikut:
1. Bulan madu, paling manis sebab masih banyak cintanya (atau birahinya). Biasanya tidak terlalu lama sebab itu disebut bulan madu, jarang yang mempunyai tahun-tahun madu
2. Masa biasa Tidak lama sesudah bulan madu, semua mulai menjadi biasa, lebih-lebih kalau ada dosa perzinahan dengan orang lain atau pertengkaran yang seru, maka pernikahan rasa-rasanya tidak lagi banyak keindahannya. Semua menjadi seperti biasa. Lamanya masa ini tergantung dari keadaan pribadi masing-masing  dan banyak sedikitnya dosa-dosa dalam hidup mereka, baik dosa zinah (ini yang terutama) dan dosa-dosa lainnya juga ikut menentukan. Sebab itu masa biasa ini mungkin cepat berakhir atau dapat sampai bertahun-tahun.
3. Masa tawar. Keadaan di sini lebih parah, sebab kasihnya sudah menjadi tawar. Sudah tidak ada cinta lagi. Cinta hanya merupakan nostalgia saja. Semua menjadi hambar dan membosankan. Dalam masa-masa  ini mudah sekali si suami (dan si isteri) kena rayuan dan godaan dari luar, sebab di dalam nikah mereka sudah tidak ada daya tarik yang mempersatukan mereka. Seringkali mereka harus membuat macam-macam rekreasi yang hebat untuk dapat mempertahankan kesukaan dalam rumah tangga mereka, seperti piknik, pesta, prestasi yang hebat dari anak-anak, membuat uang lebih banyak untuk befoya-foya lebih sering dan sebagainya. Juga lamanya masa ini tergantung dari hebatnya dosa-dosa yang ada dalam hidup nikah mereka.
4. Tahun-tahun empedu. Inilah fase-fase yang amat pahit. Sebab bukan saja kasihnya menjadi tawar, tetapi juga timbul kebencian sehingga hubu-ngan nikah menjadi amat pahit seperti empedu. Masa-masa ini seperti Neraka. Perkelahian yang seru menjadi acara keluarga yang rutin, terus menerus setiap hari. Kata-kata “cerai” dan kata-kata maki-makian lainnya rutin terdengar dalam masa-masa ini. Ini masa yang kritis. Dalam masa-masa ini sering terjadi perceraian dan tindakan-tindakan yang kejam/ jahat yang tidak masuk akal, sebab hubungan nikah sekarang sudah berubah, bukan lagi diikat de-ngan kasih, tetapi dengan kebencian! Ikatan pernikahan sudah tidak akan tahan lama lagi.
5. Masa hancur. Pernikahan tidak dapat dipertahankan lagi, jalan yang “paling enak” bagi kedua pihak ialah bercerai, tetapi anak-anak paling men- derita. Inilah “broken homes” dengan “cross boys” dan “cross girls”nya, dan juga dengan cross papa dan cross mamanya.

Berapa lama seluruh masa-masa ini?

Lagi sekali, ini tergantung dari banyaknya dosa-dosa yang ada dalam hidup nikah itu, sebab di mana ada dosa, di situ setan bekerja  dan di situlah Neraka. Seluruh fase fase ini ada yang berlangsung dalam 2-3 tahun, bahkan ada yang dalam beberapa bulan saja sudah hancur sementara anak pertama masih di dalam kandungan,dan belum sempat lahir! Betapa ngeri hidup nikah yang bulan madunya ada  di depan seperti ini!

KASIH SUAMI ISTERI ORANG SUCI

Hidup nikah orang yang disucikan itu jauh berbeda. Mereka tidak mempunyai bulan madu, tetapi tahun-tahun madu! Tidak ada puncak di depan, bahkan cintanya terus meningkat mencapai puncak yang tak kunjung-kunjung sampai, sebab kasihnya meningkat terus dengan begitu manis!
Grafiknya, adalah sebagai berikut:

Orang dunia  akan heran dengan grafik yang terus  meningkat semacam ini, tetapi ini sungguh-sungguh  akan menjadi pengalaman orang-orang beriman yang  mau memelihara hidup nikahnya dalam kesucian. Di  dalam Yesus bahkan hanya di dalam Yesus seorang  dapat mati lepas dari dosa, bebas dan merdeka  dengan sesungguhnya sehingga dapat hidup dalam  kesucian untuk selamanya.
Yohanes 8:36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.”
Kalau kesucian nikah dipelihara, kasih makin meningkat, sampai tua hidup nikah itu akan makin manis. Menopause, ketuaan, perubahan-perubahan fisik, tidak akan menghancurkan hidup nikah, sebab kasih nikah yang suci itu lain daripada kasih sex.

MENGAPA KASIH SUAMI-ISTERI MENURUN?

Dalam uraian di atas sudah lebih jelas bahwa penyebabnya ialah dosa! Mat 24:12.
Segala macam dosa dapat membocorkan kasih suami-isteri.
Misalnya:
Sombong, sehingga gengsi satu sama lain.
Uang atau harta. Uang dapat membuat cintanya  “pindah” pada “beruang” yang lebih besar (orang yang ber-uang lebih banyak, lebih kaya), sehingga cintanya pada yang lama bocor sampai habis.
Sifat-sifat lama yang dibiarkan curiga, cemburu berlebih-lebih, prasangka, ti-dak percaya, pergaulan kotor dan seba-gainya.
Persoalan anak Misalnya Ishak dan Ribkah yang bodoh, mereka “membagi” anak-anaknya, yang  satu milik bapa yang lain milik ibu. Untung kasih mereka cukup tebal sehingga pertengkaran tidak sampai bertumbuh subur gara-gara kesa-lahan ini.
Dan lain-lain
Sebab-sebab terbanyak dari kebo-coran kasih suami-isteri ialah dosa zi- nah/ percabulan.
1Korintus 6:18 Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.

Kalau kesucian di pelihara sampai ke dalam hati dan pikiran sehingga tidak sampai timbul dosa zinah (atau kalau toh timbul dalam pikiran, langsung dibuang dengan tegas dan keras) maka kasih akan terus bertumbuh dengan subur, makin hari makin indah.

III.  SEBAB LAIN

FAKTOR-FAKTOR YANG  MEMPERMUDAH   PERTENGKARAN

Biasanya faktor-faktor ini ada di dalam orang-orang yang tidak rohani, yaitu orang-orang Kristen duniawi dan yang ikut-ikutan. Orang-orang rohani biasa-nya tidak lagi mengandung faktor-faktor ini.
1. TIDAK MAHIR PIKUL SALIB.
Ini berarti seorang yang tidak biasa menderita karena kebenaran. Sebab itu kalau ada persoalan kecil saja sudah tidak tahan, lalu berkelahi ramai. Sedikit-sedikit berkelahi, geger, ribut-ribut terus. Sekalipun di antara suami istri sendiri tetap perlu belajar menyangkal diri. Kalau ada kasih, penyangkalan diri itu akan jauh lebih ringan, sebab kasih itu tahan menderita (1Kor 13:7), baik kasih akan Allah dan kasih akan suami/ istrinya sendiri.
2. TIDAK MAU MENGAMPUNI.
Setiap orang Kristen harus mengampuni orang yang bersalah kepadanya (Mat 6:14-15). Kalau ia tidak mengampuni, ia tidak boleh masuk Surga! Artinya ia akan binasa! Ini sungguh keras, tetapi ini peraturan Allah. Sebab kalau seorang tidak mau mengampuni, maka dosa-dosanya sendiri juga tidak diampuni oleh Allah, dan segala dosa yang dahulu sudah diampuni menjadi batal, sehingga dosa-dosa yang sudah diampuni itu hidup kembali! (Mat 18:27, 34, 35). Persoalan dosa adalah persoalan keselamatan. Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mengampuni dosa. Kalau dosa kita tidak diampuni berarti sudah pasti masuk Neraka, celaka besar! Suami-istri harus saling mengampuni, bukan hanya karena perintah Allah, tetapi juga sebab mereka itu satu tubuh, kepala (suami) dengan tubuh (istri). Hanya orang gila yang tidak memberi ampun pada tubuhnya sendiri, lalu menghukumkan. Suami-isteri yang tidak mau saling mengampuni, di hadapan Allah itu sepeerti orang gila (gadara). Sebab itu harus memberi ampun. Memang mengampuni itu berarti korban, melepaskan dengan cuma-cuma orang yang bersalah pada kita. Ini merugikan orang yang mengampuni, tetapi inilah kehendak Tuhan. Kalau ada kasih Kristus dalam hatinya, ada kasih antara suami-istri, maka tidaklah sukar untuk mengampuni satu sama lain sebab kasih itu berani korban! Belajarlah meng-ampuni dan ini harus. Orang yang percaya pada Firman Tuhan dan meng-ampuni, maka pertengkaran akan bantut antara suami-istri.
Selain itu kita harus mengampuni seperti Allah, yaitu melupakan semua yang sudah kita ampuni (1Yoh 1:9; Ibr 8:12; 10:17; Yes 43:25; 44:22; Yer 31:34; Maz 103:12; 32:5).
Ibrani 8:12. Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.
Mungkin otak kita masih belum lupa (kecuali nanti dalam Surga dan bumi baru Yes 65:17, ingat “Rukun di Neraka” Tulang Elisa No. 2 halaman 6), tetapi kita tidak mau mengingat-ingat atau menyebutnya  lagi. Salah satu tanda kalau kita sudah mengampuni dengan baik ialah bahwa dalam pertengkaran yang kemu-dian, kesalahan itu tidak pernah disebut- sebut lagi. (Sebaliknya orang yang tidak mau melupakan/ mengampuni, maka oleh kesalahan yang sama [yang sudah lalu] ia membuat pertengkaran baru setiap hari sampai bertahun-tahun tidak ada habisnya. Ini salah, ini jahat dan melawan Firman Tuhan). Jangan disebut-sebut lagi semua salah yang sudah diampuni, kecuali ….. kecuali kalau istri/ suami itu mulai lagi mengulangi kesa-lahan yang sama, maka kesalahan yang lama yang sudah diampuni boleh disebut-sebut lagi untuk mengingatkan dia jangan sampai jadi Kristen babi atau Kristen anjing (2 Petr 2:22). Inilah orang yang terus menerus mengulang-ulangi kesalahan yang sama (sebab keras hati, tidak mau bertobat! Dalam menghadapi orang (suami/ isteri) seperti ini tidak cukup hanya mengampuni, perlu kuasa Allah yang limpah; sebab itu perlu banyak berdoa, kalau perlu dengan berpuasa dan menasehati dia supaya sadar dan bertobat sungguh-sungguh).
3. SOMBONG, GENGSI, TIDAK MAU MENGAKUI SALAHNYA.
Orang seperti ini justru mencari-cari salah dan menuduh. Ini membuat banyak perkelahian bertumbuh terus sampai tingkat yang berat-berat. Belajar saling mengakui salah dan mengampuni (Yak 5:16). Tidak boleh ada gengsi diantara suami-isteri melainkan saling merendahkan diri sendiri satu dengan yang lainnya.

Jangan bersaing dengan istri/ suami sendiri, sebab suami- istri itu bukan orang lain, mereka bukan 2 orang tetapi satu (setan berkata bahwa mereka tetap 2 tetapi Tuhan berkata suami-istri itu satu (Mat 19:6). Orang-orang beriman itu percaya dan hidup berdasar Firman Tuhan (Mat 4:4). bukan berdasar kata-kata setan dan manusia!). Siapa yang tidak mau mengakui salahnya akan suka membongkar dan menuduh salah orang lain, ini dari iblis!
4. KURANG PENGERTIAN FIRMAN TUHAN.
Orang yang mengerti Firman Tuhan akan lebih mudah mengenali siasat dan tipu daya setan (2Kor 2:11; 2Tim 2:26) sehingga tidak mudah terjebak sampai berkelahi di antara suami-istri.
Misalnya kalau seorang tahu bahwa suami-istri orang-orang beriman tidak boleh cerai dan ia taat, maka pasti ia tidak mau bertengkar atau memperhebat pertengkaran, sebab itu hanya menimbulkan lebih banyak kerusakan dan kerugian, sebab akhirnya toh harus berdamai kembali.

Tetapi orang yang salah mengerti, yang mengira kalau perlu atau  terpaksa masih boleh cerai, maka orang-orang itu pada waktu  bertengkar, akan menjadi lebih hebat sebab kalau toh tidak dapat  berdamai, apa boleh buat, mereka dapat bercerai saja. Ini jalan mudah  bagi orang sombong dan yang tidak mau taat akan Firman Tuhan.  Salah atau kurang mengerti Firman Tuhan dapat mematikan rohani  seseorang (Ams 10:21 Mrk 12:24).
Semua segi hidup harus diterangi oleh Firman Tuhan, sehingga kita  tidak mudah terjerat setan sehingga timbul pertengkaran antara  suami-istri. Semua segi hidup misalnya tentang pergaulan di Kantor/  di rumah, cemburu, bertahar-taharan, juga pengertian Firman Tuhan  tentang pertengkaran suami-isteri seperti tulisan ini atau tentang pertengkaran yang biasa misalnya Ams 15:1,18, tentang uang, tentang percobaan dan sebagainya.
5. KURANG BERDOA.
Biasanya orang-orang rohani itu suka berdoa Justru orang yang lemah, bodoh rohani, hidup dalam dosa itu tidak merasakan faedah doa, sehingga mereka tidak suka bertekun di dalam doa yang justru dibutuhkannya. Sebab itu betobatlah sungguh-sungguh supaya dapat berdoa dengan sungguh-sungguh. Orang yang suka berdoa itu diisi dengan kekuatan dari Tuhan (Luk 24:49) sehingga lebih mudah taat akan Firman Tuhan (misalnya menyangkal diri, meng-ampuni, mencintai dan sebagainya) sehingga tidak mudah bertengkar lagi. Tetapi orang yang tidak suka berdoa itu tidak kuat untuk mentaati Firman Tuhan sehingga mudah bertengkar dalam segala perkara! Kalau suami-isteri itu merindu supaya rumah tangga dan hubungannya tetap manis, mereka perlu bertekun dalam doa senantiasa dengan Roh dan hidup benar.
6. HIDUP DALAM DAGING.
Ini berarti disetir (dikendalikan) oleh setan!. Orang-orang ini menuruti hawa nafsu bapaknya yaitu bapak setan (Yoh 8:34,44). Tidak mau taat akan Firman Tuhan, tidak mau hidup suci, tidak mau mencintai isteri sendiri, tidak mau tunduk pada suami dan seterusnya.

Tidak heran kalau suka bertengkar, sebab memang itulah rencana  hidup dari setan, penuh pertengkaran dan kepahitan. Harus  bertobat dan meninggalkan segala dosa dan keinginannya, untuk  taat pada Firman Tuhan dan bersekutu de-ngan Allah. Kita harus  belajar berjalan dalam Roh senantiasa, maka kedagingannya tidak  lagi berkuasa atas kita (Gal 5:16), sehingga tidak mudah timbul  pertengkaran.
7 .TABIAT-TABIAT LAMA.
Ini mudah mendorong timbulnya pertengkaran. Misalnya suka berbantah-bantah, banyak bicara (Ams 18:6), bersungut-sungut, suka menuduh, dusta, menambah-nambahi laporan dan sebagainya.

Semua harus diganti dengan tabiat yang baru (Kol 3:9-10). Dan setiap kali lagi diperbaharui, jangan memakai tabiat yang lama (Tit 3:5). Orang baru itu tidak suka bertengkar, tetapi berdamai dan saling berkasih-kasihan.
8. FAKTOR ORANG LAIN.
Orang tua dan mertua yang terlalu banyak ikut campur urusan anak-anaknya dapat mempermudah timbulnya pertengkaran. Kesalahan atau kekeliruan-kekeliruan kecil tidak perlu diurusi terus oleh orang tua, kecuali mereka minta nasehat dan sebaiknya di hadapan kedua-duanya si anak dan si menantu. Orangtua lebih baik berdoa untuk anak-anaknya dan tidak ikut mencampuri persoalan mereka. Biarlah anak-anak mengatur masalahnya sendiri kecuali dipimpin Roh untuk memberi mereka nasehat. Atau kalau pertengkaran itu sudah menjadi tingkat III sehingga diketahui semua orang, apalagi tingkat IV dan V, maka orang tua perlu ikut campur untuk menolong, tetapi jangan malah membuat makin parah.
9. KUASA GELAP, GUNA-GUNA DAN LAIN-LAIN. Kalau suami istri berjalan sendiri tanpa Kristus (undur dari Tuhan) masih mungkin timbul gangguan-gangguan ini. Selama mereka di dalam Tuhan, setan hanya mampu mengganggu dengan tipu dayanya tetapi tidak dapat merasuk orang itu. Jangan takut, kalau Roh Kudus menunjukkan adanya kuasa gelap, usir dalam nama Tuhan Yesus (Mark 16:17).
10. DAN LAIN-LAIN.
Segala faktor ini sebetulnya sudah tidak ada pada orang-orang suci yang hidup baru di dalam Kristus. Kalau ada, itu harus dibersihkan, dibuang dengan iman dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Di belakang segala perkara ini ada Allah dan iblis! Allah berkehendak supaya anak-anaknya hidup dalam damai dan makin saling mencintai satu sama lain. Tetapi setan ingin dan mengharapkan supaya suami-istri saling salah faham, berbenci-bencian dan terus berkelahi. Salah satu tanda kalau suami-istri itu dipimpin Roh ialah bahwa mereka tidak berkelahi lagi. Kalau suami-istri itu terus menerus bertengkar setiap hari itu tandanya bahwa mereka dipimpin oleh roh daging, dipimpin setan.

IV. TINGKAT-TINGKAT PERTENGKARAN SUAMI-

ISTERI

Kita membagi pertengkaran suami/ isteri ini dalam 5 tingkat, yaitu tingkat I adalah tingkat yang sangat dini dan tingkat V adalah tingkat pertengkaran yang sangat parah, sehingga lebih jahat dari orang dunia. Mengapa kita perlu mengenali tingkat pertengkaran ini?
1. Supaya kita dapat melihat dengan mudah apa akibatnya kalau pertengkaran itu dibiarkan terus berlarut-larut, makin lama menjadi makin jahat dan celaka. Sebab itu setiap pertengkaran suami-isteri harus dicegah sedini mungkin.
2. Dalam skema tingkatan-tingkatan ini  dengan jelas kita dapat melihat bahwa pertengkaran adalah pekerjaan iblis, dan siapa yang mau menuruti nafsu untuk bertengkar itu berarti memberi tempat bagi iblis.
3. Kita dapat mengenali tingkat yang paling dini dari pertengakaran suami-isteri, yaitu tingkat  I, ini berfaedah supaya kita dapat mencegah timbulnya pertengkaran ini.
4. Ini dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai kemerosotan hidup rohani dan hidup nikah dari tingkatan-tingkatan serta pertengkaran-pertengkaran yang terjadi, sekaligus juga untuk memperbaikinya.
5. Dalam pelayanan suami-isteri yang bertengkar kita dapat mengetahui sampai di mana parahnya keadaan mereka.
Sekarang kita akan mempelajari tingkatan itu satu persatu yaitu:

1. CINTA SUAMI-ISTERI DALAM PERTENGKARAN

TINGKAT I  : Cintanya mulai menurun.

Inilah permulaan dari segala malapetaka.

Berilah perhatian kalau cinta mulai berkurang sebab biasanya ada sebab-sebab yang serius kalau hal ini terjadi.

TINGKAT II : Cintanya bocor sampai habis dan dosa mulai  timbul!

Kalau sudah  tidak ada ikatan cinta, maka hidup ni-kah sangat terancam,  mudah geger dan sangat rapuh.

TINGKAT III : Pada tingkat ini mulai nyata timbul kebencian  dan cinta sudah lama hilang!

Ikatan nikah sekarang menjadi ikatan perseteruan, sebab itu orang-orang ini  setiap hari bertengkar terus dan makin lama makin jahat.

TINGKAT IV : Orang ini makin benci dan makin  bermusuhan satu sama lain,

seperti dua ayam jago yang bertanding dengan taji yang tajam di dalam  satu kurungan, sangat ngeri dan sangat kejam, keduanya akan luka parah.

TINGKAT V:  Puncak kebencian.

Kalau dahulu saling menyayangi sekarang mereka hendak saling  membunuh dan sama sekali tidak sayang lagi. Semua yang dibangunkan bersama dahulu sudah hancur habis semua bahkan timbul permusuhan yang amat mendalam. Dapat dibayangkan bagaimana hebatnya pertengkaran suami-isteri pada tingkat ini.

2. RUMUS NIKAH

TINGKAT  I :  Di sini rumusnya masih 1+1=1, hanya cintanya berkurang.

TINGKAT II :  Di sini rumusnya sudah berubah menjadi 1+1 = 2.

Mereka sudah merasa satu sama lain seperti orang lain, seperti orang asing. Tidak heran timbul rasa sepi, sendirian, tidak suka dekat bahkan mudah bertengkar.

TINGKAT III-V :  Selanjutnya rumus ini tetap sama, 1+1=2.

Seperti orang-orang asing satu terhadap yang lain.

3. SIKAP DAN TINDAKAN

TINGKAT  I :  Biasa, tetapi berkurang

Sikap dan tindakannya masih seperti biasa, tetapi kurang bergairah, tidak lagi dengan segenap hati, agak malas.

TINGKAT  II :  Tidak biasa

Hal-hal yang  baik yang biasa dikerjakannya, sekarang sudah tidak lagi dikerjakannya, terlalu berat sebab tiada cinta! Mulai timbul dosa dusta, dosa munafik dan sebagainya.

TINGKAT III : Aneh-aneh, pukul, maki-maki

Sikap dan tindakan masing-masing orang berbeda.

Ada yang dari permulaan suka ber-teriak-teriak ada yang sampai tingkat V pun tidak pernah mau berteriak-teriak. Tetapi dalam tingkat III ini mulai timbul sikap dan tindakan yang aneh-aneh.

Ada seorang ibu menangis sebab dipukul suaminya. Pukulannya tidak terlalu sakit, tetapi yang lebih sakit ialah hatinya. Seumur hidupnya ia tidak pernah dipukul oleh suaminya (sudah 30 tahun menikah), tetapi tahu-tahu suaminya menjadi kasar, tidak suka lagi kepadanya, lalu mulai memukul. Ini pertengakaran tingkat III. Tidak berapa lama kemudian ternyata didapatkan bahwa suaminya itu ada hubungan dengan seorang perempuan gelap.

Tingkat III Adalah pertengkaran dengan cara-cara yang dahulu tidak pernah dipergunakan, misalnya memaki-maki dengan kata-kata kotor, main pukul dan lempar barang, sikapnya  menjadi kasar, bermusuhan dan sebagainya. Mengapa? Sebab cinta sudah diganti kebencian!

TINGKAT   IV :   Aneh-aneh, pukul, maki-maki, makin parah dan makin sering.

TINGKAT  V :   Aneh-aneh, pukul, maki-maki, mencapai puncaknya.

Terlalu jahat dan keji, sehingga orang-orang tidak lagi percaya kalau mereka itu asalnya suami- isteri.

4. FREKWENSI  (SERINGNYA BERKELAHI)

TINGKAT  I :  Jarang!

(mungkin hanya satu bulan satu kali atau 2 minggu sekali.

TINGKAT  II : Sering.

Makin lama pertengkaran itu makin sering, sehingga hampir beberapa hari sekali pasti bertengkar.

TINGKAT   III : Setiap hari.

Sudah rutin bertengkar setiap hari, ada-ada saja alasan untuk bertengkar.

 

TINGKAT  IV :  Setiap saat.

Makin lama makin sering sehingga hampir setiap bertemu selalu bertengkar dengan wajah yang  menyeramkan.

TINGKAT  V :  Non stop.

Sudah tidak pernah berdamai, sekalipun di muka orang banyak terus berkelahi seperti kucing dan anjing yang terus bermusuhan. Keadaan terus tegang.

5. KE ARAH PERCERAIAN.

TINGKAT  I :  Belum.

Dalam tingkat ini belum ada tanda- tanda yang nyata untuk ke arah perceraian, meskipun demikian dengan terang Firman Tuhan ini kita sudah melihat arahnya ke sana!

TINGKAT  II : Menjauh.

Biasanya orang yang cinta selalu berusaha mencari jalan untuk mendekati satu sama lain, hampir-hampir setiap kesempatan yang ada pasti dipakai tidak akan disia-siakan. Dalam tingkat ini justru sebaliknya, mereka enggan untuk duduk bersama, tidur bersama, berpegangan bersama dan sebagainya. Selalu mencari alasan untuk saling menjauhi satu sama lain! (atau sepihak). Mengapa? Sebab sudah tidak cinta lagi!

TINGKAT   III : Ingin lepas.

Mulai  terpikir-pikir atau terbayang betapa senangnya kalau mereka dapat lepas dari suami/ isterinya. Ini pikiran yang dosa dan bersalahan dengan Firman Tuhan.

1Korintus 7:27 Jikalau engkau terikat kepada isteri, janganlah menuntut kelepasan. Jikalau engkau terlepas daripada isteri, janganlah mencari isteri (TL).

Pikiran jahat dan jelek ini harus lekas dibuang sejak dari permulaan! Mengapa sampai begini? Sebab hatinya tidak lagi cinta, tetapi penuh kebencian.

TINGKAT   IV :  Ingin cerai.

Ini tentu lebih jahat dari III, tetapi inilah yang biasanya dialami orang-orang yang bertengkar. Sampai tingkat ini, keinginan cerai sudah terlalu kuat. Mereka mencari jalan dalam setiap alasan dan kesempatan.

 

TINGKAT  V :  Paksa untuk bercerai.

Mereka sudah tidak tahan, jalan lepas satu-satunya bagi mereka ialah bercerai, tetapi Firman Tuhan melarang dengan tegas dan sepenuhnya. Akibatnya mereka makin bingung dan menderita terus menerus tanpa jalan keluar! Memang dosa itu mencelakakan dan menyiksa senantiasa (Apa lagi nanti dalam Neraka, wai!). Inilah neraka di bumi. (Bandingkan dengan damai di bumi dalam Luk 2:14)

6. UANG DAN HARTA

TINGKAT  I : Yang biasa “berkurang”.

Orang yang cinta tidak sayang memberikan segala uang dan hartanya pada yang dicintainya, bahkan seluruh nya-wanya. Tetapi kalau cintanya mulai berkurang maka juga sikap dan tindakannya dalam hal uang mulai ada batas! Mulai berkurang, sekalipun dalam tingkat I mungkin hanya dia sendiri yang merasa. Isteri/ suaminya belum begitu menyadari. Uang belanja masih tetap diberikan semuanya seperti biasanya, tetapi tidak dengan sepenuh hati, dengan ada penyesalan di dalam hati, kecewa.

TINGKAT II :  Terpaksa, terlanjur.

Dalam tingkat ini perasaan terpaksa itu makin jelas. Sebab kasihnya sudah habis. Semua hanya semata-mata karena ke-wajiban dan supaya tidak disalahkan orang banyak, tetapi sebetulnya hatinya sudah tidak suka memberi lagi.

TINGKAT III  :  Tidak memberi.

Dalam fase ini terang- terangan tidak mau memberi lagi kecuali terpaksa. Bagaimana dapat memberi kalau hatinya penuh benci!

TINGKAT  IV : Tipu.

Macam-macam  siasat untuk mengambil kembali atau menipu semua uang dan harta yang ada pada istri/ suaminya. Memang harta terpisah itu lebih cocok untuk orang-orang yang suka berkelahi.

TINGKAT  V :  Rampok.

Dalam fase ini sudah tidak ada perasaan malu atau kasihan, seperti perampok lakunya. Terang-terangan dan dengan paksa ia merampas semua harta yang ada.

7. DIKETAHUI UMUM

TINGKAT I :  Tersembunyi.

Orang-orang sekitar belum tahu, sebab masih tersembunyi. Mungkin juga anak-anak dan orang dekat belum tahu, sebab masih tersembunyi dalam hati.

TINGKAT II :  Samar-samar.

Juga dalam fase ini masih belum jelas, tetapi orang-orang dekat lebih-lebih anak anak dan keluarga, mereka sudah dapat merasakan perubahan sikapnya. Tetangga-tetangga kadang-kadang mulai mendengar ramainya perkelahian tetapi tidak terlalu jelas.

TINGKAT III :   Jelas.

Di sini pertengkaran itu sudah terbuka. Seluruh rumah, orang dekat dan tetangga-tetangga sudah biasa mendengar ramainya pertengkaran, apalagi kalau rumahnya berdempetan rapat dengan tetangga. Seringkali ke luar mereka masih berusaha untuk menyembunyikannya, seperti tidak ada apa-apa. Gengsi dong!?

TINGKAT IV :  Terang-terangan.

Di sini sudah tidak malu-malu lagi bertengkar di hadapan siapa saja. Orang-orang di mana-mana saja dapat mengenal dan melihat dengan mudah adanya pertengkaran yang hebat antara suami istri ini.

 

TINGKAT V  :  Diumumkan

Justru di sini pertengkaran itu sengaja diumum-umumkan, seolah-olah pendahuluan dari perceraian yang tak dapat tiada akan jadi. Setiap orang yang mengenalnya tahu bahwa mereka adalah suami istri yang rutin bertengkar.

8. DOA.

TINGKAT I :  Berkurang.

Doanya terhalang sebab kasihnya berkurang (1Pet 3:7). Mengapa? Sebab adalah kehendak Tuhan supaya suami mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi sidangNya. Kalau kasihnya berkurang itu berarti tidak memperkenankan Tuhan!

TINGKAT II : Banyak berkurang.

Doanya banyak berkurang sebab kasih sudah tiada dan dosa-dosa lainnya mulai bermunculan. Ini membuat doanya bukan lagi doa dalam kebenaran (Yoh 4:24; Yak 5:16) sebab itu doanya menjadi kering dan menjemukan sehingga doanya sangat berkurang lagi pula sia-sia.

TINGKAT III : Stop.

Ia tidak lagi dapat berdoa, sebab tinggal terus dalam dosa. Kalau toh berdoa  itu semua hanya munafik saja.

TINGKAT IV-V :  Stop/ munafik.

Biasanya ia tidak suka lagi berdoa atau kalau terpaksa harus, tentu hanya kemunafikan belaka dan sia-sia. Ia tentu  sadar akan hal ini, tetapi kadang-kadang ada juga orang-orang yang tidak sadar bahwa hidup hanya munafik belaka!

9. ISI HATI

TINGKAT I:

Kristus masih dalam Hati

Dalam tingkat ini sekalipun sedih Tuhan Yesus masih ada di dalam hati nya, berusaha untuk menyadarkan dan menarik kembali dalam jalan yang benar.

TINGKAT II :

Hati  kosong, sebab sudah tiada cinta dan dosa-dosa mulai masuk. Pasti tiada pengurapan dalam pelayanannya dan Tuhan tidak lagi menyertai dalam segala segi hidupnya.

TINGKAT III: Tempat Iblis

Sekarang iblis yang menjadi Tuhannya bukan lagi Tuhan Yesus, dan ia hamba    iblis. Memang pertengkaran itu sesungguhnya berarti memberi tempat bagi  iblis

TINGKAT IV : Markas Iblis

Dosa itu tumbuh terus, tidak pernah berhenti (Yak 1:15; Ams 6:26-27). Kalau  seorang sudah memberi tempat bagi iblis, maka pasti orang itu terus tumbuh  dalam dosa dan kejahatannya, apalagi kalau ia tetap tidak mau bertobat. Dengan cepat setan akan merusak orang itu, sebab setan tidak pernah membuang-buang waktu dan kesempatan yang didapatnya.

TINGKAT V: Benteng Iblis

Dosanya mencapai taraf-taraf yg tinggi/ keji. Dalam hidup nikah yang hancur  ini dosa akan mudah tumbuh dengan cepat. Mengapa? Sebab di sini terdapat  banyak pertengkaran setiap saat, setiap hari, dan itu melatih kebencian, keke-jaman, kesombongan, dan lain-lain dosa sehingga bertumbuh makin hebat. “Rumput” itu tanpa pupuk sudah tumbuh dengan cepat, apalagi kalau diberi pupuk atau ditanam dalam tanah yang subur (hidup nikah yang hancur itu tanah subur untuk segala macam dosa).

Maleakhi 2:15b Sebab itu ingatlah baik-baik, jangan kamu pakai kuatmu dan berbuat khianat kepada bini masa mudamu (TL).

Biasanya orang yang hidup nikahnya rusak dan jahat atau kejam  terhadap isteri/ suaminya, itu juga jahat kepada orang   lain  “pada  waktunya” Sebab kepada isteri/ suami yang seharusnya ia setia (apalagi sudah berjanji di muka pemerintah dan gereja) ternyata berkhianat, apalagi kepada orang-orang lain yang tidak ada ikatan janji. Orang-orang yang rusak pernikahannya sudah pasti tidak boleh menjamah pekerjaan Tuhan yang suci.

TINGKAT-TINGKAT PERTENGKARAN SUAMI ISTRI

10. SEJAHTERA

TINGKAT  I : Biasanya sejahtera dalam hati itu lenyap pada pertengkaran, lebih-lebih pada orang yang rohani yang peka, kalau ada sedikit perubahan dalam hubungan suami-isteri ia dapat langsung merasakannya. Tetapi kalau ia tetap keras hati, maka pada akhirnya perasaan hatinya menjadi tumpul dan tidak lagi dapat memakai meteran (ukuran) perasaan hati yang halus ini.

TINGKAT II-VSejahtera lenyap.

Dalam seluruh tingkatan pertengkaran ini biasanya tidak lagi ada sejahtera dalam hatinya, sebab memang Roh Kudus tidak tinggal lagi di dalam hatinya.

KETERANGAN

Pencegahan yang betul itu berarti  jangan sampai terjadi tingkat-tingkat ini. Orang-orang yang berjalan dalam Roh, hidup menurut pimpinan Roh (Roma 8:14) tidak akan masuk dalam perteng-karan ini. Kalau kita memberi nama pada tingkat-tingkat pertengkaran ini, maka nama-namanya adalah seperti berikut ini

I. PERMULAAN

II. GEGER

III. RIBUT

IV. PERANG

V. PERANG BESAR

V. AKIBAT-AKIBATNYA

Setiap pertengkaran itu bukannya tidak ada akibatnya, pasti ada akibatnya, lebih-lebih kalau dibiarkan berlarut-larut. Makin lama makin banyak akibat-akibat yang timbul, bahkan beberapa akibat yang sudah tidak dapat diperbaiki/ diganti lagi, sebab sudah “hangus”!

1. ALLAH SANGAT SEDIH.

Mengapa?
Sebab pertengkaran itu :
a. Tidak  memperkenankan  Allah, karena rohaninya akan rusak. Dalam hidup semacam ini Roh Kudus tidak mendapat tempat, tidak dapat bekerja, tidak dapat mengurapi hidup yang kotor dan penuh kebencian, sehingga pasti pelayanannya menjadi bantut, tidak dapat berbuah-buah. Mereka tidak mempunyai kebebasan dalam pelayanan (2Kor 3:17; 1Tim 2:8). Doa-doanya terhalang (1Pet 3:7).
Dengan sendirinya pelayanan mereka juga akan menjadi bantut, hidupnya jadi kosong dan tawar, menderita, berkatnya hilang sebab tidak diberkati Allah! Ba-nyak suami-istri menyembunyikan pertengkarannya, lebih-lebih di antara orang-orang Gereja, supaya tetap terpan dang dan dapat melayani, tetapi Allah mengetahui semuanya dengan tepat dan jelas. Jangan menyembunyikan perteng-karan, tetapi bertobatlah sungguh, su- paya jangan bertengkar lagi.
b.   Rencana Allah tidak jadi dalam hidup mereka, batal. Segala yang indah-indah yang sudah direncanakan Allah tidak datang dalam rumah tangga mereka. Hidupnya makin miskin, membosankan sebab dari Allah tidak mendapat apa-apa, dan dari setan mendapat banyak perkara- perkara yang pahit.

2.  SETAN  SANGAT  BERTERIMA KASIH.

Kalau suami-istri mau berkelahi secara rutin, itu kesukaan dan kegemarannya. Ini makanan dan hobby setan. Suami-istri yang berkelahi itu berarti memberi tempat pada setan dalam rumah tangga tersebut. Dan dosa-dosa yang timbul itu menjadi fondasi (alas) dari markas setan dalam orang itu. Siapa yang memelihara setan, pasti akan rusak semuanya pada akhirnya. Setan itu yang membuat kebencian makin menyala-nyala, perzinahan, kekejaman dan segala macam dusta. Juga ekonomi dan kesehatannya akan dirusak juga, sehingga hanya derita dan siksaan yang melimpah dalam rumah tangga tersebut. Neraka di dalam keluarga. Rumah tangga seperti ini, kecuali bertobat dan diperbaharui kembali, sudah pasti akan hancur. Jangan membiarkan pertengkaran dalam rumah tangga, itu pintu gerbang dari Neraka!

3.  PERTENGKARAN  YANG  DIBIARKAN.

Pertengkaran yang dibiarkan lama-lama menjadi rutin, artinya menjadi kebiasaan. Kalau kebiasaan ini diulang-ulangi terus, lama-lama menjadi tabiat. Sedikit-sedikit sudah jadi pertengkaran ramai. Ini jalannya menuju kepada perceraian. Tetapi sebab tidak boleh cerai, mereka merasa makin menderita. Satu- satunya jalan untuk lepas ialah bertobat dan dipulihkan di dalam Kristus.

4. ANAK-ANAK TERPENGARUH.

Sebab setiap hari melihat orang tuanya berkelahi, maka ini menjadi ukuran yang normal bagi anak-anak. Orang dunia berkata kalau tidak bertengkar tidak ramai, sepi. Bertengkar bagi mereka merupakan variasi dan bumbu-bumbu dari hidup yang pahit dan kosong itu. Ini normal bagi orang dunia yang setiap hari bertengkar, ini normal kata iblis, tetapi ini penyakit kata Firman Tuhan, yang bisa membawa celaka! Satu kali pada waktu anak-anak itu sendiri menikah, maka bertengkar bagi mereka juga merupakan ukuran yang normal! Selain itu hidupnya juga menjadi kasar, suka memukul, maki-maki, kejam sebab melihat bapak dan ibu yang kekasih juga demikian satu sama lain.
Jadi selama rumah tangga suami istri itu sendiri dihancurkan oleh pertengkaran, juga rumah tangga dari anak-anaknya, kemudian cucu-cucunya dan seterusnya akan hancur, sehingga makin lama makin hancur dalam dosa.

5. KESAKSIAN YANG BURUK.

Baik pada orang-orang kafir di sekitarnya, juga bagi orang-orang beriman yang tidak berakar, pertengkaran suami-istri menjadi batu sontohan! Ada beberapa banyak orang tidak mau menjadi orang Kristen, sebab ngeri melihat suami-istri Kristen yang rohani (pemimpin-pemimpin di Gereja) tetapi kalau di rumah bertengkar ramai dengan kejam. Beberapa orang berusaha mati-matian menyembunyikannya supaya tidak menjadi kesaksian yang buruk.
Ada seorang pemimpin Gereja yang rutin berkelahi dengan istrinya. (Pasti ada yang tidak beres!). Pada waktu anggota sidangnya datang, mereka segera berbaik dan manis lakunya untuk menyambutnya. Tetapi segera anggota itu pulang, mereka meneruskan pertengkarannya dengan sengit lagi. Begitu seterusnya cara hidup yang sesat ini.
Jangan disembunyikan borok maut ini, tetapi carilah sebabnya, buang dalam nama Tuhan Yesus. Kalau tidak, maka rumah tangga akan rusak, sebab bertengkar adalah pekerjaan iblis. Jangan berkelahi, dengan alasan apapun juga, jangan. Kedua pihak akan sama-sama rugi, tidak ada gunanya dan iblis yang bersukacita!
Nyanyian :
(melody diambil dari: “Buat apa susah”)
Berdamailah rukun slalu
di dalam kasih
Tuhan Yesus
Berdamailah rukun slalu
di dalam kasih Kristus.
Buat apa geger, buat apa ribut,
Berkelahi tak ada gunanya,
Buat apa geger, buat apa ribut,
Hanya beri tempat buat iblis.

VI.   MENGATASI

Untuk mengatasi Pertengkaran, kita bagi menjadi 2, yaitu :
A. Segera (akut)
B. Follow Up-nya (tindak lanjutnya).
A. SEGERA.
1. MAU JADI KORBAN.

Siapa yang sadar lebih dahulu, atau siapa yang lebih rohani, biarlah ia mau menjadi korban untuk menghentikan perkelahian itu. Menjadi korban berarti mau mengampuni, sekalipun tidak salah mau menderita, mau dituduh (apalagi kalau memang salah harus mau me-ngakui salahnya dan minta ampun), mau menderita (Gal 4:29), mau dirugikan dan mau merendahkan diri.
Kalau salah satu mau “mati”, maka Roh Kudus akan dapat bekerja di dalam dia menyelamatkan rumah tangga itu dari kehancuran atau kerusakan akibat pertengkaran itu. Rumah tangga tidak jadi rusak, tetap hidup kalau salah satu mau mati (Mat 10:39). Ada orang-orang yang mau berkorban untuk menyelamatkan kereta api yang jalan keliru relnya, atau bus yang masuk jurang.
Mengapa si bapak atau si ibu tidak mau korban untuk mencegah kehancuran rumah tangganya sendiri? Kalau sudah satu dikuasai Roh Kudus, sekalipun yang lain masih dikuasai iblis, pasti Roh Kudus yang akan menang. Taatlah pada pimpinan Roh Kudus, Roh Kudus yang akan menguasai keadaan. Kadang-kadang si suami/ istri yang tidak mau berobat itu tetap jahat, ingatlah bagi mereka tersedia Neraka yang sangat mengerikan. Terus berdoa, kalau perlu puasa (Mat 17:21). Jangan menghadapi dengan kekuatan sendiri, nanti makan hati dan tidak tahan. Bersandarlah pada Tuhan, jangan ikut-ikutan terburu nafsu untuk marah (Yak 1:20) atau berkelahi dengan kata-kata dan tangan. Dengan kuasa Tuhan semua akan jadi ringan. Selain itu kalau penuh dan dipimpin Roh Kudus, Roh akan memberi kata-kata illahi dalam mulutnya (karunia-karunia Roh misalnya nubuat, hikmat, marifat dan lain-lain), itu pasti banyak menolong. Jangan berkata-kata dengan emosi dengan akal atau dengan kekuatan kita sendiri, tetapi tunggulah sampai da pat ilham dari Tu-han! (contoh Yoh 8:1-11). Tuhan pasti suka monolong, jangan ragu-ragu, sebab damai, kasih, sejahtera adalah kehendak Tuhan. Ka lau suami-istri, keduanya tidak mau korban, terus menu-ruti hawa nafsunya, memberi tempat ba-gi setan, maka tidak pernah akan damai, dan semua akan hancur dan sambungannya adalah neraka!
2. BERDOA

Minta bantuan pertolongan Tuhan. Kalau salah satu mau merendahkan diri dan jadi korban, lalu berdoa, pasti Tuhan ikut campur menolong. Apalagi kalau keduanya sadar dan mau berdamai, pasti segera tertolong.
Kalau “si kalap” belum mau berdamai, sabar menghadapinya dengan kasih dan kuasa Allah. Ingat suami-istri tidak boleh bercerai, tetap mengasihi selama di dunia ini, itu akan berbalik menjadi berkat bagi yang rohani ini, ia akan tumbuh imannya, tetapi wai bagi yang tetap tidak mau bertobat, ia akan terhilang dan terlupa di dalam Neraka selama-lamanya dalam sengsara yang paling ngeri dan ke-kal (Yes 65:17. Baca “Rukun di Neraka?” dalam Tulang Elisa No. 2 halaman 6).
B. TINDAK LANJUT.
3. CARI SEBAB-SEBABNYA.
Jangan dibiarkan. Mengapa kasihnya menurun. Coba bandingkan dengan saat saat sebelumnya dimana kasihnya melimpah. Kalau dengan rendah hati dan jujur seorang datang kepada Tuhan, maka pasti Roh Kudus akan menunjukkan sebab-sebabnya.
Mungkin soal uang, atau cemburu, zinah sombong, anak, orang tua dan seterusnya.
Selidiki terus! Lebih lebih kalau mereka selalu belajar dari Firman Tuhan, lebih mudah bagi Roh Kudus menjelaskannya pada anak-anakNya. Berdoalah dengan jujur seperti Daud.
Mazmur 139:23-24. Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.
Bagi yang mau bertobat, tidak susah untuk mengetahui apa sebabnya kasihnya berkurang, sebab Tuhan sendiri sangat ingin untuk menunjukkannya su paya bertobat! Jangan salahkan yang lain, tetapi periksa diri sendiri dan mulai mencintai. Dunia selalu mulai dengan: “aku kurang dicintai”, tetapi orang orang beriman selalu mulai dengan “aku mau lebih mencintainya” dan Tuhan pasti menyertai!
Kalau sudah tahu sebabnya, jangan berkeras hati, langsung buang hari ini juga (Ibr 3:13,15). Jangan sayang membuang dosa, itu penyakit yang membawa maut.
4. BUANG SEMUA FAKTOR YANG MEMPERMUDAH PERTENGKARAN.
Ini harus diteliti, apakah ada faktor-faktor ini diantara suami-isteri.  Kalau ada, ini harus dibuang, sebab ini menyuburkan setiap pertengkaran. Sebab itu belajar bertumbuh menjadi rohani dengan hidup suci sampai dalam hati, limpah doa, tekun menyelidiki Firman Tuhan dan setia berbakti dan melayani Tuhan (Kis 2:42). Kalau rohani bertumbuh maka semua faktor-faktor yang jelek ini akan lenyap. Kalau semua faktor-faktor ini dibersihkan (ini kehendak Tuhan, supaya setan tidak mendapat kesempatan) dan suami-istri ada kasih, maka pertengkaran suami-istri kalau toh ada, tidak akan tumbuh tetapi bantut.
5. SISA-SISA KERUSAKAN.
Kadang-kadang ada akibat dari dosa-dosa yang berkepanjangan. Misalnya akibat-akibat perzinahan di luar pernikahan sehingga melahirkan anak, akibat-akibat keuangan/ hutang,  dan sebagainya. Ini perlu pengampunan yang limpah serta mintalah hikmat Tuhan untuk mengambil tindakan-tindakan yang bijaksana tetapi tegas. Sedapat-dapatnya sisa-sisa dosa yang lalu dibuang sampai bersih, dan jangan sampai menjadi sumber pertengkaran, ampuni, lupakan dan bersihkan semua sisa- sisanya.
6. BANTUAN ORANG LAIN.
Dapatkah orang lain menolong suami istri yang berkelahi ini? Tentu dapat. Tetapi sebaiknya jangan minta tolong sembarang orang. Lebih baik minta tolong orang-orang rohani yang dekat, termasuk anak- anak sendiri yang rohani dapat menolong, orangtua/ mertua, Gembala Sidang, pemimpin-pemimpin rohaninya atau orang-orang suci lainnya. Jangan menceritakan persoalan pertengkaran suami-istri ini pada sembarang orang.
Mengapa? Sebab kalau suami-istri itu mau bertobat dan berdamai di dalam Kristus, pasti berhasil diatasi (sekalipun kadang-kadang keadaannya begitu parah, percayalah pada Tuhan Yesus, kemampuanNya luar biasa!).

Tetapi pada waktu sudah rukun kembali, ceritera tentang  pertengkarannya sudah sampai pada orang-orang yang tidak  bertanggung jawab, maka ceritera-ceritera buruk itu berkembang ke  mana-mana akhirnya “bergema” kembali sesudah beberapa bulan/  tahun. “Gema” pertengkaran yang lalu ini seringkali tidak enak  kedengaran. Kadang-kadang ceritera lama tentang pertengkaran yang  lalu, yang didengarnya kembali dapat menyalakan kembali pertengkaran yang sudah padam, karena kelemahan-kelemahan/ kebodohan suami-istri itu sendiri.

Orang-orang rohani yang dapat dimintai tolong itu seharusnya:

1. Orang yang tidak bocor mulut (Ams 25:9) dan
2. Penuh hikmat dan Roh Kudus Kis 6:3-4 (seharusnya setiap pelayan Tuhan dalam Gereja itu seperti ini. Stefanus yang penuh hikmat dan kuasa Allah itu “hanya” pelayan meja yang kecil saja).
3. Mengerti Firman Tuhan sehingga tidak berbicara dari dirinya sendiri (1Petr 4:11) tetapi memberitakan kebenaran Firman Tuhan yang heran itu (Yoh 8:32).
4. Ada cinta sehingga terbeban, ikut memberi nasehat dan mendoakannya.
Setiap orang beriman seharusnya mempunyai Gembala Sidang yang tetap dan diharapkan bahwa seharusnya Gembala Sidang memenuhi syarat-syarat ini, bahkan setiap orang sucipun sebaiknya memenuhi syarat-syarat ini.
Jangan mengecilkan dukungan doa anak-anak sendiri yang tulus dan sungguh-sungguh kepada Tuhan, itu seringkali banyak menolong orangtua yang berkelahi.
Juga orangtua/ mertua biasanya cepat tahu dan cinta, akan berdoa sungguh-sungguh (terbeban). Sekalipun anak dan mertua sendiri, janganlah bersandar pada kekuatan sendiri, tetapi mintalah hikmat dan ilham dari Tuhan untuk berbicara pada suami-isteri yang berkelahi ini supaya mereka sadar, bertobat dan bercinta-cintaan kembali.
Jadi hendaklah semua orang-orang suci mengatasi pertengkaran suami-istri yang ada sampai tuntas. Jangan hanya untuk fase-fase gawat yang ramai itu, tetapi perhatikan tindak lanjutnya sampai cinta suami-istri dapat pulih seperti semula dan tumbuh kembali, makin hari makin bertambah-tambah.
Pencegahan selalu lebih baik dari pengobatan. Pencegahan yang betul dalam pertengkaran suami-istri ialah mencegah jangan sampai terjadi pertengkaran tingkat I. Ini hanya dapat dilaksanakan di dalam kesucian Kristus, sehingga kasih suami-istri terus bertumbuh! Suami-istri perlu sungguh-sungguh tinggal di dalam Kristus dan tumbuh imannya!
Ada seorang istri yang mulai undur dari Tuhan. Suaminya dahulu kurang cinta, tetapi sekarang jadi cinta dan selalu membawa istrinya ke mana-mana termasuk ke bioskop dan night club. Si istri yang merasa suaminya begitu limpah mencintainya, merasa sudah cukup baik, tidak perlu Tuhan lagi, sehingga ditinggalkannya Tuhan dan ikut suaminya ke dalam dunia. Lewat beberapa tahun, baru ia merasa bahwa bahagia itu hanya ada di dalam kesucian Tuhan. Suaminya tidak lagi mencintainya tetapi mencintai banyak perempuan-perempuan lain. Hidup nikah nya hancur, ia menjadi begitu kecewa dan hidupnya menjadi sia-sia, rasa-rasanya tidak tahan hidup.
Bahagia hidup nikah itu hanya di dalam Kristus, di luar Kristus hanya ada Neraka yang dibungkus sedikit kemanisan sementara. Pencegahan pertengkaran yang paling baik ialah kalau kita terus menerus tinggal di dalam Kristus, seperti carang di dalam pokok yang benar (Yoh 15:1-8).
Jangan beri tempat kepada iblis, peliharalah kesucian dan kasih, maka hidup ini, termasuk hidup nikah akan menjadi manis, penuh kejutan-kejutan indah dari Tuhan, terus tembus kematian sampai kekal di Surga yang indah selama-lamanya.

Nyanyian :
Bila Yesus dalam kluarga,
kluarga bahagia X3,
Bila Yesus dalam kluarga,
kluarga bahagia
Sungguh bahagia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top